Rabu, 04 Oktober 2017

“Ekspedisi 100 Hari di Puncak Gunung Merbabu” ngobrol-ngobrol langsung dengan mereka

“Ekspedisi 100 Hari di Puncak Gunung Merbabu” ngobrol-ngobrol langsung dengan mereka - Setelah cukup lama gak merasakan jalur yang paling sering saya daki sewaktu SMA, kini kembali merasakan jalur ini lagi. Terakhir pendakian, sekitar tahun 2013, dan itupun cuma camping di pos 2. Sewaktu SMA, jalur Wekas ini adalah satu satunya jalur yang pernah saya daki, walaupun ada jalur lain di sebelah utara sana. Mungkin karena jalurnya yang relatif mudah dan ada air di pos 2, sehingga tiap kali teman mengajak naik ke Merbabu, jalur inilah yang selalu dipakai.
adheb's poto
Puncak Kenteng Songo
Perjalanan Merbabu via Wekas kali ini, kita ingin mengetahui, dan ngobrol langsung terkait kegiatan para pendaki yang sedang menjalani Ekspedisi 100 hari di Gunung Merbabu ini. Tentu saja, tujuan kami adalah langsung ke puncak dan mewawancarai mereka yang sedang menjalaninya,  Yaitu Mas Raka, yang berasal dari Salatiga sekaligus ketua tim ekspedisi ini, dan juga mas Dani, yang berasal dari Semarang. Walaupun salah seorang anggota mengundurkan diri karena suatu hal, mereka berdua tetap kompak untuk meneruskannya sampai 100 hari, yang jatuh sekitar tanggal 28 Oktober ini. Bahkan saat ketemu, mereka masih terlihat sehat bugar dan sering bercanda, tanpa ada niatan untuk berhenti di tengah jalan.
Beberapa kegiatan yang mereka lakukan selama 100 hari ini antara lain restorasi, konservasi, dan sosialisasi tentang Kenteng Songo, termasuk teknik pendakian, dan juga masalah sampah di Gunung Merbabu ini. Untuk restorasi Kenteng Songo, sejauh ini dalam tahapan pengumpulan batu, terutama yang jatuh ke bawah, di arah jalur utara. Terakhir, mereka menemukan 1 lumpang lagi di area Kenteng Songo yang terpisah, pecah menjadi 2 bagian. Penemuan ini secara tidak sengaja, karena sebenarnya hanya mengumpulkan batu dari bawah, tetapi saat itu menemukan 1 batu lagi di hari ke 70, sehingga total batu sekarang ada 7 buah lebih setengah.
Terkait pengalaman, banyak hal-hal unik yang telah mereka alami selama tinggal di puncak Kenteng Songo ini, Bahkan katanya, orang yang tidak biasa bermimpi pun bisa bermimpi ketika berada di sini. Seperti itulah sindromnya di Puncak Kenteng Songo ini. Mungkin awal-awal belum bermimpi, tetapi di beberapa hari berikutnya dia akan mengalami mimpi berhubungan dengan emosi individu mereka, yang banyak keluar di dalam mimpi. Selain itu, apa yang diucapkan, banyak terjadinya. Untuk itu, kita harus berhati hati dalam mengucapkan sesuatu hal, termasuk tidak boleh menyombongkan diri selama gunung ini.
Seperti saat mereka berkeinginan untuk ganti menu makan. Saat ingin ganti makan ayam, selang sehari datang 3 porsi ayam, lalu saat bercerita tentang turis, akhirnya datang juga besoknya, turis naik sendiri, tanpa porter. Cerita tentang tenda pun, selang sehari ada yang ngasih. Termasuk saat bicara tentang watu lumpang ini, saat bercerita semoga menemukan batu lagi, akhirnya menemukan juga 1 batu lumpang lagi. Semua terjadi tanpa sengaja. Tetapi jangan sampai berbicara tentang hal hal yang negatif, takutnya itupun bisa terjadi nantinya. Hal hal seperti ini yang bikin betah dan nyaman selama mereka menjalani ekspedisi 100 hari ini.
Adapun keinginan atau pesan mereka untuk para pendaki Gunung Merbabu . Pertama, harapannya para pendaki jangan sampai merusak pohon atau akarnya, walaupun sudah mati. Seperti jika membutuhkan pasak, tetapi karena kekurangan, sehingga menebang pohon. Hal ini kurang bagus, lalu trecking pole yang seharusnya bawa dari rumah, tetapi masih ada juga yang mengambil di tengah jalan saat ada pohon yang bisa digunakan. Terkait masalah sampah, masih banyak yang membuang sampah di gunung. Saat menggunakan tisu basah atau botol air mineral misalnya, masih banyak yang tidak masuk ke plastik sampah sendiri, tetapi tertinggal di gunung.
Masalah safety pun sangat penting buat para pendaki. Jangan sampai kita mengacuhkan safety selama pendakian Gunung Merbabu ini. Initnya, terkait kode etik dalam pendakian gunung. Kita harus lebih melestarikan alam, dengan tidak membuang sampah sembarangan dan memasukkan ke trashbag, dan masuk ke tas kita lagi, itu sudah cukup bagus. Pokoknya, apa yang kita bawa naik, sebaiknya juga bisa kita bawa turun. Hal ringan seperti ini sebetulnya harus diperhatikan. Penting juga untuk sering bertegur sapa, walaupun tidak kenal, minimal kita bisa bertegur sapa dengan sesama pendaki lain.
Ada juga, peraturan tidak tertulis yang khusus diterapkan di Gunung Merbabu ini, seperi tidak boleh memindahkan batu sebagai pengganti apapun, atau memindahkan batu dimanapun, di Gunung Merbabu ini. Memindahkan saja tidak boleh, apalagi sampai mengotorinya. Hal seperti ini yang jarang dipahami oleh para pendaki Gunung Merbabu ini.
Itulah, sekelumit cerita yang saya dapat ketika ngobrol dengan mereka sewaktu pendakian kemarin. Walaupun tidak banyak, tetapi minimal bisa berbagi dengan kalian, sesama pendaki, agar kita semakin bijak dan tertib saat mendaki gunung. Karena bagaimanapun juga sebagai orang yang suka mendaki gunung, kita harus ikut andil dalam melestarikan alam ini, agar gunung kita tetap lestari. Semoga ada hal menarik lagi yang bisa dibagi buat kita kemudian, sukses selalu…