Rabu, 19 Agustus 2020

Wisuda di Masa Pandemi (unfogottable moment), Sebuah Wisuda yang Gak Disengaja

Wisuda merupakan sebuah impian bagi setiap mahasiswa. Setelah menyelesaikan perkuliahan selama rentang waktu tertentu, para mahasiswa akan menunggu momen pucak kebahagiaan, moment selebrasi, sebuah perayaan atau syukuran secara resmi yang dilepas oleh rektor sebagai tanda bahwa dia sudah menyelesaikan masa studinya. Prosesi tersebut dapat dilakukan di mana saja, entah di gedung fakultas, universitas, auditorium, bahkan menyewa hotel untuk menggelar hajatan bagi sebuah momen kebahagiaan para mahasiswa. 

Begitu pula bagi para wisudawan/wisudawati yang akan mengikuti prosesi acara ‘sakral’ ini, tentunya sudah mempersiapkan segala kebutuhan dari mengundang keluarga terdekat untuk menghadiri prosesi acara yang biasanya diwakili oleh kedua orang tua, meskipun bagi mahasiswa dari luar kota kadang juga membawa saudara lain yang menunggu di luar gedung. Maklum, tiket masuk ruangan seringkali hanya terbatas untuk dua orang saja. Membawa pacar, istri, suami, atau teman dekat tentu menjadi hal yang ditunggu-tunggu di acara seperti ini. Bahkan tak jarang para wisudawan sudah memesan fotografer untuk berfoto bersama pasca wisuda di fotobooth yang banyak ditawarkan di luar gedung berjajar-jajar. Tak lupa, toga, samir, selendang, atau baju kebesaran lain sudah dipersiapkan jauh hari untuk dipakai di hari terbaik ini. Para wisudawati akan bangun pagi-pagi, kalau perlu sebelum subuh untuk mempersiapkan rias dan make up yang kadang juga harus antri berjam-jam. Sungguh luar biasa…..

Dresscode wisuda yang biasa-biasa saja

Namun gimana buat kalian yang wisuda di tahun 2020 ini? wisuda virtual atau daring yang hanya bisa bertatap muka secara online? Jangan berkecil hati kawan… Dengan wisuda online kalian bisa lebih menghemat ongkos karena tidak perlu menyewa make up. Cukup make up sendiri di rumah, tak perlu pergi ke gedung dan berdesak-desakan mencari keluarga pasca wisuda. Jalan di sekitaran juga tidak macet kok. Semua pasti ada hikmahnya. Kalian cukup wisuda dari rumah, duduk rapi di depan laptop atau hp, jangan lupa untuk mempersiapkan paket internet karena untuk gabung di wisuda virtual butuh kuota yang gak sedikit. Kalau perlu, siapkan kopi biar semakin cess pleng, bisa wisuda sambil ngopi, asal jangan sampai terlihat di kamera pas nyerupt kopinya, oke??

Saya sendiri gak pernah membayangkan akan wisuda online. Siapa sih yang gak ingin ikut prosesi wisuda seperti biasa, ‘berpesta’ dan bersyukur atas pencapaian kita? Namun apa daya di tahun ini sedang ada musibah, sebuah pandemi yang mengharuskan kita untuk saling menjaga diri, menjaga jarak, agar terhindar dari virus corona yang menyebar di seluruh dunia. Di sini, saya ingin sedikit cerita pengalama wisuda yang tak terlupakan. Bukan karena tidak bisa ikut wisuda seperti biasa, bukan karena harus wisuda secara virtual, namun lebih dari itu. Saya baru tahu jadwal wisuda saya secara gak sengaja dan hanya bisa melihat dari youtube tanpa bisa ikut langsug prosesinya. Sungguh malang nasib saya…. Namun saya memberikan disclaimer bahwa cerita ini saya bagikan karena sesuatu yang unforgettable moment dan jangan menyalahkan saya atau pihak kampus. Cukup dengarkan ceritanya sebagai sebuah momen yang tak terlupakan. Siapa tahu kalian juga punya momen yang lebih parah dari saya.. hahaaa

Jadi ketika mulai ada corona dan semua kegiatan wajib dilakukan secara WFH, saya sedang membuat tugas akhir dan mulai bimbingan dengan dosen. Beruntung, penelitian lapangan saya sudah selesai sehingga hanya fokus dari bab 2 sampai selesai. Meskipun suatu hal yang tak biasa bagi saya dan mungkin juga bagi semua mahasiswa, saya tetap berusaha bimbingan secara online. Singkat cerita, akhirnya saya bisa menyelesaikan tugas akhir dalam 3 bulan (meskipun jika dengan persiapan butuh lebih dari 6 bulan). Dilanjut dengan ujian dan tidak terlalu memerlukan perijinan yang ribet, karena saya bisa mengurusnya secara online baik melalui WA atau login melalui akun mahasiswa. Ujian secara online membuat saya lebih rileks dan gak setegang ujian langsung. Beruntung, saya sendiri sudah ckup terbiasa memakai aplikasi meeting online, sehingga tidak begitu mengalami kendala. Bahkan suasananya cukup cair yag dilakuka di rumah masing-masing, mungkin saja kalian akan merasakan hal yang sama.

Selesai ujian, saya mempersiapkan persyaratan wisuda setelah menyelesaikan sedikit revisi. Batas akhir pendaftaran yudisium biasanya sebulan, bahkan kadang dua bulan sebelum wisuda. Persiapan wisuda pada masa saya merupakan pertama kalinya dengan berbagai aturan yang serba online. Jangankan saya, pihak kampus sendiri masih dalam tahap persiapan dan perancangan metode online, sehingga relatif ribet dengan berbagai pihak yang harus dihubungi. Mulai dari pembayaran wisuda, pengurusan administrasi baik pihak jurusan, fakultas, pendaftaran di universitas, pengurusan bebas pustaka di fakultas, universitas, bahkan bebas pustaka di luar kampus. Belum lagi di masing-masing bagian, saya harus menghubungi petugas masing-masing dengan jobdes yang berbeda-beda. Namun sekali lagi, ini tahapan awal ya, jadi cukup wajar bagi saya jika relatif ribet karena belum menemukan metode yang saling terkoneksi. 

Meskipun semua serba online, ternyata pengurusan bebas pustaka di fakultas harus secara ofline, padahal di fakultas lain sudah bisa daring. Atau harus menitipkan persyaratan seperti pengumpulan tugas ahir ke teman untuk datang langsung ke kampus apabila tidak mau mengurus sendiri. Jadi, mau gak mau saya harus datang ke kampus untuk menyelesaikan satu persyaratan ini, sementara yang lain sudah diurus secara online.

Setelah semua beres, saya tinggal menunggu jadwal wisuda yang telah ada di kalender akademik. Di jadwal tertulis jika wisuda saya seharusnya tanggal 5 Agustus, sehingga saya selalu update berita baik melalui teman atau poertal kampus untuk mencari info wisuda online. Hingga menjelang wisuda saya masih belum dapat info apakah wisuda sesuai jadwal atau diundur. Saya berkesimpulan jika wisuda diundur, karena wisuda gelobang sebelumnya ikut mundur akibat pandemic. So, waktu itu saya milih naik Gunung Lawu bersama temen-temen lewat jalur Cemoro Kandang. Saya nge-camp di pos 4, dan kebetulan di sini sinyal internet cukup lancar. Hari-H pun masih saya pantau jadwal wisuda saya, dan belum juga menemukan informasi sama sekali. Bahkan saat saya Tanya ke bagian administrasi di fakultas, dijawab jika wisuda tetap sesuai jadwal, meskipun saya tidak tahu bagaimana saya bisa ikut. Demi mendapatkan informasi, saya masih menyempatkan diri mencari info di atas gunung, effort yang lar biasa.. (sambil menyemangati diri). Esok hari, masih saja saya pantau jadwal wisuda dan masih belum ada info sama sekali. Fix, mungkin wisudanya diundur bulan depan, dua bulan lagi, atau entah kapan. Setelah itu, saya hanya sekali menengok kampus login ke akun mahasiswa, berharap ada info wisuda. 

Hingga suatu ketika, pada tanggal 19 agustus saya pergi ke kota untuk suatu urusan. Selesai urusan, saya mampir ke minimarket dan tiba-tiba ada notif live di hp saya. Saya memang sudah lama subscribe channel kampus, sehingga selalu ada notif apabila pihak kampus update video lewat youtube. Untuk internetan saya memang harus keluar rumah karena sinyal di desa agak susah, makanya saya tidak setiap hari buka internet. Begitu ada notif, langsung saja saya buka dan ternyata sedang ada live wisuda. Awalnya saya gak begitu ‘ngeh’, dan saya pikir itu wisuda kemarin, tapi kemudian saya baru sadar jika saat itu tayangan secara live, apalagi ada judul wisuda gelombang 4 yang ternyata itu jadwal wisuda saya. Kaget bukan main.. langsung saja ku-googling cari berita jadwal wisuda. Eh, ternyata informasi tersebut diupload di portal universitas seminggu yang lalu, sementara jadwal pendaftaran untuk ikut wisuda sudah ditutup kemarin. Langsung saya kontak temen yang wisuda bareng, eh,, ternyata dia juga gak tau, dan kamipun ketawa karena ini semua. Di saat pandemi, mahasiswa banyak yang di kampung, dan pemberitaan hanya melalui web yang jarang dibuka oleh para mahasisiswa, tentu hal yang disayangkan. Pihak kampus tidak aktif memberi info kepada mahasiswa yang sedang banyak berada di desa. Yah, mau gimana lagi.

Saya hanya bisa duduk di kursi, mengikuti prosesi wisuda virtual yang hanya tinggal 15 menit itu. Sambil ketawa-tawa melihat kebahagiaan para peserta. Ada yang memakai toga, samir, dengan hem putih dan dasi. Saya menonton streaming dengan kaos biasa, duduk menikmati siaran youtube dengan sebungkus rokok dan sebotol minuman yang baru dibeli tadi.

Ah… sebuah wisuda yang gak disengaja…


Karena wisuda adalah hal yang bias, dan kita harus tetap berkarya…