Rabu, 01 Januari 2020

Teknik Navigasi Darat

Tujuan akhir dari suatu penjelajahan atau pengembaraan adalah kembali lagi ke tempat asal dengan selamat.  Begitu juga dengan para pecinta alam yang akan melakukan penjelajahan ataupun pendakian gunung. Oleh karena itu, seorang pendaki gunung  harus mampu menguasai navigasi darat secara terampil, setidak-tidaknya untuk dirinya sendiri agar tidak tersesat dalam perjalanannya. Hal seperti ini merupakan sebuah sikap antisipasif dari konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul. 
Navigasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan posisi dan arah. Sedangkan navigasi darat adalah penentuan posisi arah perjalanan, baik di peta maupun di medan sebenarnya dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Orang yang melakukan navigasi darat disebut sebagai navigator. Pemahaman kompas, peta, serta teknik-teknik penggunaanya harus dimiliki dan dipahami dengan baik. Pengetahuan bernavigasi darat ini berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering.

Kata “navigasi darat” sendiri berasal dari bahasa Yunani. Yaitu dari kata navis yang berarti kapal/perahu, dan agere yang berarti mengarahkan. Dalam istilah lain, navigasi darat sering juga disebut dengan Ilmu Medan Peta Kompas (IMPK). Navigasi darat erat kaitannya dengan para pecinta alam yang akan melakukan kegiatannya di alam terbuka. Karena itu, perlu adanya perencanaan perjalanan yang cermat sebelum menjelajahi medan yang akan dilalui, karena aktifitas kepecintaalaman merupakan jenis kegiatan yang beresiko tinggi (high risk activity). Apabila pemahaman kita terhadap navigasi darat tersebut maksimal, maka kita akan dapat mengantisipasi kondisi medan jelajah yang akan kita tempuh, dan selanjutnya dapat menentukan langkah-langkah praktis sekaligus memanfaatkan kondisi medan untuk meminimalisir resiko yang ada.  

Adapun kunci dari ilmu Navigasi Darat ini antara lain seperti adalah kemampuan dalam merekam dan membaca peta, kemampuan menggunakan kompas dan alat navigasi lainnya, maupun kemampuan mengorientasi medan dan peta. Apabila kita telah memahaminya, maka sebaiknya kita selalu mengaplikasikannya, minimal secara berkala. Orang yang telah mahir navigasi darat sekalipun, jika ilmunya sudah lama tidak diaplikasikan, maka akan kesulitan untuk mengingatnya kembali. Hal dasar yang wajib kita pahami dalam bernavigasi darat yaitu meliputi: peta, kompas, dan teknik pemakaiannya, baik peta maupun kompas.  

Dalam melakukan navigasi darat, ada beberapa perangkat alat yang kita gunakan, seperti:
Bumi
Bentuk bumi kita tidak bulat seperti bola, tetapi lebih menyerupai ellipsoid. Hal ini menyebabkan jari-jari bumi di ekuator dan jari-jari di kutub bumi tidak sama.

Kutub-kutub bumi
Kutub bumi merupakan titik khayal, karena tidak terdapat tanda khusus di medan sebenarnya. Kutub utara dan selatan bumi dinamakan kutub sebenarnya atau kutub geografik. Kutub utara bumi sering disebut dengan True North, sedangkan kutub selatan bumi disebut dengan True South. 

Lintang dan Bujur
Adalah garis khayal yang melintang dan membujur dari garis ellipsoid.
Garis Lintang merupakan garis yang melintang secara horizontal/ datar. digunakan untuk menentukan lokasi di bumiterhadap garis khatulistiwa. Garis lintang yang berada di sebelah utara khatulistiwa disebut dengan garis lintang utara, sedangkan garis lintang yang berada di sebelah selatan khatulistiwa disebut lintang selatan. Lintang Utara dan Lintang Selatan menyatakan besarnya sudut antara posisi lintang dengan garis Khatulistiwa. Garis Khatulistiwa sendiri adalah lintang 0 derajat. Makin ke utara atau ke selatan, angka derajatnya makin besar hingga pada angka 90º (Sembilan puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub selatan.

Satuan derajat bisa juga disebut Jam sehingga setiap derajat terbagi menjadi 60 menit (dengan simbol ‘) dan setiap menit terbagi lagi menjadi 60 detik (dengan simbol ”). Jika misalnya garis lintang suatu tempat tertulis seperti ini : 57º 27′ 14”LS, maka dibaca sebagai 57 derajat 27 menit 14 detik Lintang Selatan. Pada sistem pemetaan internasional huruf U sebagai Lintang Utara diganti dengan huruf N (North). Sedangkan Lintang Selatan tetap menggunakan huruf S karena Selatan dalam bahasa Inggris (South) juga berawalan huruf S.

Garis Bujur merupakan garis yang membujur secara vertikal /tegak lurus. Garis bujur yang berada di sebelah barat meridian (Greenwich) disebut sebagai bujur barat, sedangkan garis yang membujur di sebelah timur meridian (Greenwich) disebut bujur timur. Dengan pengetahuan seperti itu berarti derajat antar garis bujur semakin melebar di daerah khatulistiwa dan makin menyempit di daerah kutub. 

Jika pada Garis Lintang, daerah yang dilalui garis khatulistiwa (equator) dianggap sebagai nol derajat, untuk Garis Bujur, tempat yang dianggap sebagai nol derajat adalah garis dari kutub utara ke kutub selatan yang tepat melintasi kota Greenwich di Inggris. Jarak kedua garis bujur itu dari Greenwich hingga pada batas 180º (seratus delapan puluh derajat). Pada jarak itu, Bujur Barat dan Bujur Timur kembali bertemu. Garis bujur inilah yang pada perkembangannya dijadikan sebagai patokan dalam menentukan waktu di berbagai belahan dunia.

Sama seperti garis lintang, jarak antar garis bujur juga disebutkan dalam satuan derajat. Penulisannya pada koordinat juga sama seperti penulisan untuk Garis Lintang. Yang membedakan hanyalah symbol huruf di belakangnya. Misalnya huruf B untuk Bujur Barat dan huruf T untuk Bujur Timur. Pada peta internasional, huruf E (East) untuk Bujur Timur dan huruf W (West) untuk Bujur Barat.