Jumat, 30 Desember 2011

Investasi Emas, Baikkah...????

Investasi Emas, Baikkah - Belakangan, cukup marak masyarakat memperbincangkan investasi dengan emas sebagai salah satu komoditinya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pemberitaan dan tulisan baik dari media cetak, koran, bahkan di berbagai seminar yang memperbincangkan masalah investasi emas ini. Emas lebih dipilih oleh para investor daripada komoditi investasi lainnya lantaran emas tidak terpengaruh oleh inflasi (zero inflation effect). Selain itu, harga emas yang terus membumbung naik dalam 10 tahun terakhir ini, hingga saat ini nilainya berada di atas 500.000 per gram, membuat para investor tergiur untuk menginvestasikan modalnya pada logam mulia ini.

Senin, 19 Desember 2011

Sejarah Agama-Agama

            Ruang Lingkup dan Kedudukan
Agama adalah satu doktrin dan realitassonal yang ada pada manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat, karena agama ada sejak manusia ada. Artinya, agama itu seumur dengan usia manusia. Di balik itu, dapat dipahami bahwa sejarah umat manusia adalah sejarah agama-agama, begitu juga sebaliknya, sejarah agama-agama adalah sejarah manusia.
Sejarah Agama-Agama
Sejarah agama-agama adalah sejarah umat manusia dengan aneka ragam tindakan manusia yang terjadi pada masa lalu dengan sandaran doktrin agama, karena doktrin agama yang mampu membentuk kepribadian umat manusia. Maka dalam kenyataanya beragam pengalaman ajaran agama bagi pemeluknya sangat ditentukan oleh pemahaman keagamaannya. Disamping bernilai normatif, sejarah agama-agama juga bernilai historik. Hal yang bersifat normatif dapat dipahami dengan kitab suci (manuskrip), sedangkan hal-hal yang bersifat historik merupakan pemahaman dan pegamalan ajaran agama sebagai pengalaman keagamaan umat manusia yang sifatnya beragam dan seragam.

Dalam pemahaman ilmu agama disepakati bahwa ajaran agama ada yang seragam (paralel) dan ada yang beragam (berbeda). Artinya, pada setiap ajaran agama ada persamaan dan perbedaannya, baik yang seragam maupun yang beragam. Itulah sebabnya, sejarah agama-agama disebut juga sebagai ilmu agama yang membicarakan tentang persamaan dan perbedaan doktrin agama-agama. Sebagian tokoh mengidentikkan sejarah agama-agama dengan perbandingan agama-agama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sejarah agama-agama merupakan studi ilmiah dalam menghampiri agama, karena pada dasarnya masalah keagamaan ada sebagai suatu pengalaman sejarah yang harus diakui keberadaannya. Sejarah agama-agama merupakan disiplin ilmu yang memberika gambaran masa lalu agama-agama. Hal ini memberikan implikasi bahwa sejarah agama memiliki batasan yang spesifik dalam kajiannya, yakni tentang asal-usul, tokoh, dan perkembangan agama tersebut. Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup pembahasan sejarah agama-agama meliputi segala aspek yang berkaitan dengan asal-usul (the origin), tokoh (the greatman), dan perkembangannya (the growth).

Perkembangan agama-agama erat juga kaitannya dengan masalah asal usul dan tokoh agama, yang dikaitkan dengan lingkungan yang mengitarinya, termasuk juga lingkungan dari tokoh agama, dimana ia dilahirkan. Sejarah agama juga secara tidak langsung mengkaji persamaan dan perbedaan eksistensi, baik doktrin dan pemahamannya maupun doktrin dan pengalamannya. Kesemuanya merupakan pengalaman pemeluk agama sebagai corak dari pengalaman sejarah agama-agama.

Pengalaman agama adalah objek dari sejarah agama yang bisa dibagi, diteliti, dan diungkap secara faktual menuju lahirnya sejarah agama sebagai ilmu. Artinya, pengalaman agama adalah sumber kebenaran ilmiah kajian tentang agama. Berdasarkan pemahaman ini, maka dapat digambarkan bahwa agama mempunyai dua posisi, yakni sebagai cabang ilmu pengetahuan agama dan sebagai pendekatan dalam kajian agama. Sebagai cabang ilmu agama, karena objeknya memperbincangkan masa lalu agama sebagai karakteristiknya, dan sebagai pendekatan dalam kajian agama karena berbeda dengan disiplin ilmu lainnya yang menekankan aspek asal-usul , tokoh agama, dan perkembangannya.
           
Komponen dan Klasifikasi Agama
Pengertian agama belum ada satu kesepakatan yang jelas dari para tokoh agama. Artinya, masing-masing tokoh agama memiliki batasan tertentu dalam mendefinisikan agama. Pendefinisian masalah agama sangat beragam, dan lebih dari 48 definisi. Para psikolog cenderung mengatakan bahwa agama pada dasarnya adalah berlakunya aturan yang sakral atas profan (suci).

      Komponen-Komponen Agama
Komponen agama maksudnya adalah unsur-unsur yang menjadi indikator untuk memahami agama. Dengan adanya komponen tersebut, maka dapat dimengerti mana yang agama dan mana yang bukan. Menurut Joachim Wach, paling tidak ada 3 macam unsur-unsur agama.

a) Komponen Thought
Arti dasar dari kata thought adalah pemikiran yang mengandung makna semua yang dapat dipikirkan untuk diyakini. Sesuatu yang termasuk komponen tought meliputi aspek teologi, mitologi, dan doktrin atau dogma. Teologi adalah ajaran yang membicarakan tentang keyakinan terhadap Tuhan, seperti :siapa Tuhan, hubungan antara manusia dengan Tuhan, begitu pula mitologi, merupakan serangkaian cerita yang mengandung nilai spiritual sehingga menumbuhkan keyakinan pada kekuatan spiritual tersebut.

Doktrin dan dogma secara langsung berasal dari Tuhan. Oleh karena itu juga tidak mesti dapat dicerna oleh akal, melainkan cukup diimani atau minimal diinterpretasikan dan dimaknai doktrin atau dogma merupakan suatu ketentuan dan aturan, hukum dan kaedah yang diciptakan untuk manusia. Secara substantif dapat dikatakan bahwa dogma dan doktrin merupakan undang-undang yang terkandung dalam agama yang seharusnya sebagai pedoman pengamalan agama. Ketiganya harus ada dan merupakan isi dan inti agama. Oleh karena itu, memahami agama harus mengetahui apa doktrin dan dogma tersebut.

b) Komponen Ritual
Masalah ritual pada dasarnya merupakan ajaran agama tentang tata cara pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk peribadatan. Pada komponen ini, tentunya lebih ditekankan pada aspek nilai spiritual yang bersifat normatif. Masalah ritual juga sebagai karakteristik suatu agama, sebab inti ajaran agama adalah berbicara masalah ritual yang bersifat spiritual. Artinya, pada hal-hal yang bersifat spiritual jiwa agama itu yang sebenarnya. Agama tanpa spiritual akan kehilangan substansinya.

c) Komponen Fellowship
Fellowship dalam masalah keagamaan dikenal sebagai embracer (pemeluk, peganut, pengikut) suatu agama baik dalam arti pribadi atau kelompok. Suatu agama erat kaitannya dengan pemeluk. Artinya, tanpa pengikut berarti agama tidak berkembang atau tidak punya nilai sejarah. Disamping tokoh agama, maka pemeluk agama merupakan penentu keberadaan agama tersebut. Fellowship dapat berarti juga pribadi, tetapi tentunya lebih kepada komunitas . Dalam semua agama dikenal istilah pemeluk ini sesuai dengan bahasa kitab suci masing-masing. Dalam islam dikenal jamaah, ummah, Kristen ada jemaat, sangha dalam Budha, dan kasta dalam Hindu. 

       Klasifikasi Agama-Agama
Konsep klasifikasi agama sanga beraneka ragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Ada yang berangkat dari pandangan normative yang memunculkan aspek substansinya yang efeknya akan lahir pembicaraan kebenaran agama. Umumnya, klasifikasi semacam itu di satu sisi memantapkan keyakinan keagamaan, namun di sisi lain berefek adanya agama yang tersudutkan.

Klasifikasi agama yang cenderung deskriptif bernuansa obyektif dan bersifat terbuka menerima keberadaan agama manapun. Klasifikasi semacam ini tergantung pada saudut pandangnya, namun sangat terbuka dan universal.

           Teori Asal-Usul Agama-Agama
Kajian tentang sejarah agama-agama dari aspek asal-usul agama telah banyak dikaji dan telah melahirkan teori-teori tentang asal-usul agama-agama. Prof.H.A. Mukti Ali mengemukakan beberapa teori tentang asal-usul agama. Menurut beliau teori tentang asal usul agama itu paling tidak ada 3 macam teori :

        1. Teori Evolusi
Ilmuan agama juga menggunakan teori evolusi dalam mencari asal-usul agama. Kekuatan di luar diri manusia yang diyakini dan dipercaya sebagai elemen yang dominan pada diri manusia telah mengkristal menjadi suatu kekuatan yang menjadikan manusia itu sebagai sesuatu yang bergantung secara spiritual, sehingga harus selalu berhubungan secara rutin dan intensif.

Frederich Max Muller mengintrodusir asal-usul dan kepercayaan umat manusia itu berkembang dari polytheistic dan henotheistic menuju monotheistik. Teori selanjutnya adalah aliran antropology evolusionisme dan psikologi evolusionisme. Antropology evolusionisme pada dasarnya merupakan faham evolusi yang meliha asal-usul agama dari aspek budayanya. Teori ini mendasarkan bahwa keyakinan seseorang terhadap agamanya selaras dengan kemajuan budayanya. Aliran ini beranggapan bahwa keyakinan atas suatu agama berkembang secara perlahan-lahan menuju kesempurnaan.

Edward Burnett Tylor berkeyakinan bahwa agama animisme merupakan keyakinan dasar bangsa primitif yang merupakan bentuk sederhana dari kepercayaan umat manusia, sesuai dengan isi karyanya, The Primitif Culture. Begitu juga menurut antropolog Emile Durkheim. Menururt penganut aliran anthropology evolusionisme ini, pada dasarnya sudah ada agama yang sederhana pada masyarakat primitif yang beraneka ragamnya dari bentuk polytheisme, henotheisme, menuju dualism monoisme dan pantheisme, hingga monotheisme. 

        2. Teori Oer –Monotheisme
Teori ini berangkat dari fakta bahwa suku primitif pada awalnya adalah penyembah Tuhan yang satu. Teori ini melakukan pandangan bahwa pada mulanya monotheisme merupakan agama dasar yang telah manusia peluk. Kemudian, selanjutnya terjadi perubahan menjadi henotheisme dan selanjutnya menjadi polutheisme.

Perubahan ini pada dasarnya bergerak secara linear dan dipengaruhi oleh kondisi geografik, antropologik, dan sosiologiknya yang pada akhirnya terjadi penyimpangan dari aslinya. Teori ini bertentangan dengan teori evolusi, ketika nampaknya terjadi perbedaan arah yang satu maju ke depan, dan yang lain mundur ke belakang. Namun, titik persamaan keduanya beranggapan bahwa asal-usul agama berasal dari bangsa primitif sebagai basic tumbuhnya agama-agama masyarakat pada umumnya.

Andrew Lay, dalam karyanya berjudul “The Making Religion” beranggapan bahwa monotheisme di kalangan bangsa primitif sudah lama ada. Karena itu, teori ini menamakan Oer-Monotheisme, yang berarti kepercayaan terhadap Tuhan yang satu yang sudah lama. 

        3. Teori Relevasi
Kata relevasi berarti wahyu, berarti semua agama itu adalah diwahyukan dari sumbernya, yakni Tuhan. Teori ini sependapat dengan Oer-Monotheisme, karena relevasi juga mengakui Tuhan yang satu, hanya berbeda dalam substansi sumbernya. Oer-Monotheisme cenderung mengaitkan dengan bangsa primitive sebagai asal-muasalnya (the origin), sedangkan relevasi mengakui doktrin monotheisme ini adalah dari kitab suci dan bersifat revelatif, merupakan ajaran langsung daru Tuhan.

Tokoh teori ini adalah William Schmid, seorang katolik yang kuat sebagai teolog. Ia menulis aryanya yang berjudul Der Ursprung der Gottesidee, yang terdiri dari delapan jilid yang besar. Ia mengajukan teorinya tentang revelasi yang dianggapnya berbeda dengan pendapat sebelumnya yang diwakili oleh tokoh evolusi dan oer-monotheisme. Teori revelasi ini merupakan hasil penelitiannya terhaap beberapa suku primitif yang ada di beberapa negara Asia.

            Metode / Pendekatan dalam Studi Agama-Agama (Sejarah Agama-Agama)
Dalam studi sejarah agama-agama, yang menjadi sasaran penelitian adalah pengalaman keagamaan pemeluk-pemeluk agama yang merupakan aspek insasiyah sebagai pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Pengalaman keagamaan ini adalah sejarah sebagai kultur manusia yang dikenal sebagai ajaran yang bersifat historic. Jaran ini mungkin sama, mungkin juga berbeda.

Para ahli studi agama-agama, antara lain Joachim Wach mengatakan bahwa pendekatan studi agama termasuk sejarah-agama-agama ada empat macam :
        1. Historical Approach
        2. Sosiological Approach
        3. Psichological Approach
        4. Phenomenological Approach

Sedangkan H.A. Mukti mengistilahkan dengan metodos. Menurutnya, ada enam metodos studi sejarah agama-agama.
      1. Metodos Philologis
      2. Metodos Historis
      3. Metodos Antropology
      4. Metodos Volker Psychologie
      5. Metodos Sosiology
      6. Metodos Apology

Secara substantif, keduanya cenderung berfikir ke arah kerangka methodology pengkajian agama-agama dengan meminjam istilah multidisiplin. Hanya saja, Wach memaparkan metodologi ke arah makro, sedangkan Mukti Ali dalam artian mikro. 

           Konsep Toleransi Beragama
Adanya ajaran agama yang bersifat normatif memberikan peluang untuk munculnya konflik di tengah umat beragama, baik internal maupun eksternal. Masalah normatif pada agama telah mempengaruhi keyakina agama secara radikal yang melahirkan adanya kecenderungan ke arah fundamentalisme. Sikap pemeluk agama yang fundamentalistik cenderung menganggap orang lain berbeda, bahkan bertentangan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pemeluk agama yang menerima ajaran agama dalam konteks keyakinan, bukan pemahaman. Artinya, agama hanya didudukan sebagai suatu sistem krido yang eksklusif dan tidak affair.

Umat beragama yang cenderung eksklusif tersebut memberikan ekses terisolirnya komunitas tersebut dari khalayak dan pada akhirnya menjadi statis. Beragama statis menjadikan sikap tidak toleran, bahkan berdampak makin menajamnya konflik dan pertentangan di kalangan umat beragama. Tidak ada toleransi di antara umat beragama karena lemahnya studi deskriptif bagi umat beragama, sehingga komunitas masing-masing pemeluk berjalan secara parsial dan terpisah.

Pemahaman dan pengakuan adanya persamaan dan perbedaan merupakan modal dasar umat beragama menuju tercapainya kerja sama dan toleransi antar umat beragama secara komprehensif, sebab secara obyektif setiap agama memiliki peluang terjadinya konflik dan toleransi diantara umat beragama baik secara internal maupun eksternal. Namun, kesemuanya itu harus dikembalikan pada pemahaman ajaran agama oleh pemeluknya masing-masing. Artinya, apabila pemahamannya rasional, tentu saja mudah terjadi kerukunan, sedangkan sebaliknya, dipahami secara emosional, maka akan muncul konflik yang berkepanjangan. 

Selasa, 13 Desember 2011

Ilusi Demokrasi Kritik dan otokritik Islam Menyongsong Kembalinya Tata Kehidupan Islam Menurut Amal Madinah

Ilusi Demokrasi Kritik dan otokritik Islam  Menyongsong Kembalinya Tata Kehidupan Islam Menurut Amal Madinah - Buku ini merupakan tulisan dari penulis, Zaim Saidi, yang berusaha untuk membandingkan antara sistem ekonomi di zaman sekarang dengan sistem ekonomi pada zaman Rasulullah SAW. Penulis menjelaskan, bahwa sistem ekonomi pada saat ini, yakni sistem ekonomi kapitalis cukup mendominasi perekonomian manusia. Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi tirani, yang menghilangkan kebebasan individual, dan yang terpenting dari sistem ekonomi ini saat ini cukup merebak dan dilestarikan dalam struktur negara fiskal. Para penguasa politik telah terpengaruh secara tidak sadar, dengan mengikuti sistem ekonomi kapitalis ini, baik dari tingkat bawah hingga atas untuk melestarikan kekuasaannya. 

Sabtu, 10 Desember 2011

Jogja International Heritage Walk (JIHW) part 2

JIHW - Hari ke dua, semua panitia dan volunteer kumpul di titik finish. Di sana acara akan dibuka oleh Sultan Hamengkubuwono. Sebelum bertugas, kita semua ikut acara senam pagi ramai-ramai. Setelah itu, kita sarapan pagi dengan makan kacang (kata bu Fitri, sarapan paginya emang seperti ini). Setelah itu, kita langsung menuju pos atau titik masing-masing. Saya bertugas di sekitar pos 2, di dekat makam raja-raja Imogiri .

Jogja International Heritage Walk (JIHW) part 1

JIHW , yg digelar selama 2 hari, yaitu tanggal 19 November di Prambanan, dan 20 November di Imogiri selesai sudah. Bagi pelaksana (panitia), acara ini tergolong sukses. Begitu juga (mungkin) bagi para peserta, acara ini tergolong bagus, selain karena tempatnya, juga kemeriahan acara yang mungkin karena banyaknya sponsorsip yang ikut turut andil dalam menyemarakkan acara tahunan (kalau sukses).

Jogja International Heritage Walk (JIHW) part 1
Jogja International Heritage Walk (JIHW) part 1
Jika dilihat sekilas, banyak banget pihak yang mau mensponsori acara tersebut, mulai dari Garuda, Parsley, Yayasan Jantung Indonesia, Anlene, Aguaria, Frisian Flag, Telkom, bank BPD, dan banyak lagi sponsorsip2 yang lain. Itulah, mungkin karena acara tersebut memang sudah berlangsung untuk yang ke tiga kalinya, atau mungkin karena acara tersebut tertunda selama setahun, dimana seharusnya tahun 2010 kemarin dilaksanakan, tetapi karena musibah gunung merapi, acara tersebut terhenti, dan baru bis dilaksanakan pada tahun ini.
JIHW # 3
Hiburan Musik di Tengah Perjalanan
Megah dan meriah. Itu mungkin yang terbersit jika dilihat dari selebaran maupun tempatnya. Tetapi, apakah acaranya juga semeriah itu??. Iya, mungkin itu yang diucapkan mereka para peserta yang berasal dari negara luar. Tapi, kalo dilihat, peserta yang ikut di tiap acara mungkin tak lebih dari 300 orang. Itu perkiraanku, selaku volunteer yang ikut bantu-bantu panitia dalam mensukseskan acara, dari target semula, yang kata bu Fitri, ada 150 orang dari Jepang, dan belum lagi dari Jerman, Belanda, beberapa negara lain, dan dari Jantung Sehat sendiri ada 2500 orang yang akan ikut senam. Jika ditotal antara domestik dan dari luar, ada sekitar 750 peserta yang akan mengikuti acara ini. “kata Bu Fitri sbelum acara dimulai”.

Memang, acara yang tergolong internasional ini (katanya) lebih dikhususkan bagi mereka yang berasal dari luar. Apalagi, ini merupakan acara yang akan dinilai oleh juri kelas Internasional, untuk memperebutkan Liga Jalan Sedunia, dimana Indonesia mengambil kategori heritage sebagai salah satu Icon nya. Sehingga, dengan lebih memfokuskan pada penilaian juri tersebut, membuat peserta yang lain kurang terurus.

Sebagai sedikit evaluasi, acara kelas internasional yang berlangsung beberapa hari kemarin itu malahan menurut saya tergolong sepi. Dari total peserta yang ditargetkan sekitar 750 orang bahkan lebih, yang ikut tidak ada setengahnya. Walaupun tidak tahu jumlah pastinya,, yang jelas acara tersebut sepintas seperti hanya untuk mendapatkan nilai yang maksimal saja dari juri, untuk merebut acara tahunan yang bergengsi ini supaya bisa terus dilaksanakan di Indonesia, khususnya di Jogja ini.

Dari sisi kepanitiaan, masih kurang jelas antara mana panitia inti dan volunteer. Bahkan panitia intipun tidak bisa meng handel para volunteer yang jumlahnya begitu banyak, sehingga mereka banyak yang bekerja tidak efektif. Saya sendiri, sebagai volunteer tidak begitu tahu antara panitia ini dengan yang bukan inti. Mungkin tahu hanya sebagai sesama volunteer (yang kedekatan emosionalnya lebih daripada sesama panitia).

Panitia mengharuskan para volunteer untuk kumpul di Prambanan jam 4. Tetapi, sampai jam stengah 6, panitia saja baru terlihat. Padahal, sudah banyak para volunteer yang kumpul di situ,sehingga mereka bingung untuk melakukan hal yang akan mereka kerjakan. Bahkan, ada beberapa volunteer yang sudah datang dari jam 3 pagi. Itupun, mereka “keceli”, karena pintu yang dikabarkan untuk masuk para panitia, ternyata belum dibuka dari petugas prambanan sendiri.


JIHW # 3
Marshal...
Pagi hari, kita langsung menuju ke pos masing-masing, karena tidak jadi menyusuri rute seperti yang telah diagendakan oleh panitia sebelumnya. Bahkan, para volunteer bingung untuk menempatkan diri mereka masing-masing, antara menuju ke titik yang telah ditentukan (sebelumnya setiap volunteer telah dibagi tugas untuk berjaga di titik/pos masing-masing) atau mengikuti panitia menuju ke tempat lain atu dengan pekerjaan lain. Beberapa titik masih terlihat kosong dan harus dijaga, dengan mengambil volunteer dari mereka yang telah berjaga di pos masing-masing. Alhasil, pos-pos yang ada pun personilnya berkurang, dan keadaan pastinya menjadi kacau. 
Saya sendiri, yang bertugas di titik 5 (jalan raya) dari sebelumnya 2 orang, akhirnya harus berjaga sendirian. Bayangkan, menyeberangkan para pejalan kaki di jalan raya sendirian segitu banyak, pasti membingungkan to..???. Untung saja, setelah itu ada pak polisi dari LLAJ yang baek hati, dan langsung membantu saya sehingga kit bertugas bertiga (2 dari LLAJ dengan saya sendiri)

Bahkan, pak LLAJ langsung mengeluarkan HT (Handy Talky.,)nya, dan langsung pencet brik “rojer” untuk menghubungi kawannya. Seperti biasa, kata sandi unik dibuyikan “mBah Bronto Mbah Bronto… skali lagi dicopy.. mBah Bronto mBah Bronto..” sandi khusus pak LLAJ yang khas.. (tidak seperti yang laen, ada yang menggunakan sandy #rojer rojer., atau kijang satu kijang satu,.,# atawa yang laennya,.,##) kita sudah di titik rawan mBah Bronto. Kita butuh bantuan. Harap kirim 1 kompi untuk disebar di titik –titik yang sekiranya rawan, begitu ganti..OK mbah Bronto.. kita segera meluncur ke TKP..

Ah.. leganya, ada temen jaga. . Setelah selesai, saya pun langsung bergegas menuju ke titik 15, di daerah paling pojok utara, yaitu di Manisrenggo, dekat gereja. Tak berapa lama tiba di sana, teman dari runner meminta untuk menemani mengecek kembali jalur yang akan dilewati, karena ada laporan 2orang dari Jerman (entah sama Belanda entah mana) tersesat, hilang dari jalur. Akhirnya, kamu muter-muter untuk mengeceknya, dan ternyata memang benar (kami pun ikut tersesat, karena jalurnya hilang hwahahaha,.,) setelah kembali ke titik 15, akhirnya kami bisa mnegidentifikasi jalur yang hilang tersebut. Ternyata banyak tanda yang hilang, maupun dibelokan arah oleh beberapa anak kecil yang iseng melakukannya, danmembuat acara sedikit kacau. 

JIHW # 3
Melepas Lelah Usai Acara
Karena mencari panitia yang bawa tanda tidak nemu-nemu, dengan keadaan darurat ii,kahirnya tanda tersebut diganti tanda hidup (saya merelakan diri untuk berjaga di sana sendirian, dan tanpa teman tanpa logistic *bayangpun**). Tak berapa lama, peserta datang, dan kebetulan ada anak-anak kecil yang sedang bermain di situ, akhirnya aku ajak saja mereka menemaniku jaga (lumayan,, itung belajar berkawan ama anak muda, (eh, anak kecil,,). Sampai siang hari, tim sweeper gak kunjung lewat, padahal aku sudah menunggu lebih dari 2 jam dari peserta terakhir. Sayapun berinisiatif untuk jalan sendiri menyusuri rute, menuju eke pos 5 yang jaraknya lumayan jauh (capek lagi.). Alhamdullilah, sebelum di pos 5, ketemu teman-teman yang laen, . Ternyata, tim sweeper belok arah, melewati jalan pintas (berhubung pesertanya lewat jalan pintas) sbenarnya sedikit kecewa si,, tapi mau gman lagi.. Setelah itu, saya pun menuju ke titik finish, dan mampir ke pos 7 sebentar,.,

Tiba di Prambanan lagi, hari sudah cukup siang. Sambil menunggu peserta terakhir, saya ikut membantu tim lain, yang masih punya tanggungan untuk berjaga di titik terakhir. Setelah semua selesai, akhirnya kami istirahat untuk makan, pada saat hari mulai hujan. Setelah itu, ada instruksi untuk briefing dan kami berkumpul di tenda untuk evaluasi, sekaligus persiapan untuk acara esok hari.

Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, briefing pun gak jadi dengan berbagai alasan dan argumen, bahkan ada sesame panitia yang kami liat saling menyalahkan. Kami langsung pulang ke tempat masing-masing.

Senin, 15 Agustus 2011

“Mata Air Yang Hilang”

Mata Air Yang Hilang - Sebatang rokok terselip diantara dua jari, dengan kepulan asap yang keluar dari mulutnya. Semilir angin menerpa tubuh rentanya, sehingga menyapu keringat yang keluar dari pori-pori kulit di tubuhnya. Sambil duduk di tepi rumahnya, ia berusaha untuk terhindar dari terik matahari yang menyengat.

Rabu, 10 Agustus 2011

Berpuasa di Tempat Kos

Berpuasa di Tempat Kos - Tidak terasa Bulan Suci Ramadhan kini telah tiba. Bagi kalangan mahasiswa yang kuliah jauh dari tempat tinggalnya, di bulan puasa pasti merasakan sesuatu yang berbeda. Seperti halnya lebaran, bulan puasa rasanya kurang berkesan kalau tidak dilakukan di kampong halaman, dimana ada tradisi yang berbeda dengan suasana di kota.
Mari Berbuka Puasa
Sewaktu di kampung, biasanya kita selalu ke masjid baik untuk berbuka puasa, tarawih, tadarus, bahkan untuk kegiatan lainya yang mungkin hanya sebatas kumpul-kumpul dengan teman. Bahkan banyak tradisi lain yang beda di setiap daerah yang mengesankan, seperti jalan-jalan sehabis shalat subuh ataupun parade keliling kampong untuk membangunkan warga agar menunaikan sahur dengan alat sejenis kentongan.

Saat berada di tempat kos, maka kita serasa kehilangan tradisi tersebut, karena kita belum tentu dapat menemuinya di tempat sekarang. Untuk sekedar mengingatkan suasana seperti itu, maka kita bisa melakukan hal-hal yang sekiranya mirip dengan tradisi di tempat kita, semisal berbuka puasa bersama, shalat tarawih, sekalian tadarus di masjid dekat tempat kos kita. Selain itu, kita juga bisa ngabuburit bareng teman-teman ataupun melakukan hal lainnya di masid terdekat untuk sekedar menunggu berbuka puasa, maupun kegiatan lain yang bermanfaat.

Suasana bulan buasa di tempat kos memang tidak bisa mirip dengan tradisi di kampung, namun paling tidak dengan melakukan hal yang sekiranya mirip tersebut, bisa mengobati suasana bulan puasa kita, agar seperti berada di kampong sendiri. 

Sabtu, 30 Juli 2011

MALAPASKA (ku) Ala Go-Blank

lucu, wagu, tur ra mutuuu..

Tulisan ini dari sudut pandang penulis. Terserahmau percaya, mengelak, mangkir, ataupun yang lainnya, karena yangsering mereka lihat dan pahami memang seperti itu.,
“Kuliah dimana mas???” di UIN mas.. Ikut organisasi ekstra apa? Gak kok, trus,,, ikut apa??,., Ikut UKM Pecinta Alam HAAAAA,.,.,

Jumat, 29 Juli 2011

Lomba Panjat Dinding Se-jawa Bali Mapalaska UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Lomba Panjat Dinding Se-jawa Bali Mapalaska UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - Akhirnya selesai sudah hajatan Lomba Panjat Dinding Se-Jawa Bali 2011, yang diselenggarakan oleh Mapalaska dalam rangka Tri Dasa Mapalaska. Lomba yang dilakukan dari tanggal 1-3 Juli ini berhasil menyedot peserta sebanyak 89 orang, terdiri dari 32 peserta putri dan 57 peserta putra. Mereka berasal dari berbagai kalangan, baik pelajar, mahasiswa, maupun umum.Tapi, tentunya mereka bukan atlit PON, karena syaratnya memang non atlit PON.
Adheb foto
Wall

Kamis, 09 Juni 2011

Sisi lain Pendakian Rinjani

Sisi lain Pendakian Rinjani
Pulau Lombok
Lombok dikenal dengan kota 1000 masjid. Saat saya ke sana, tiap daerah pasti ada masjidnya, dan kehidupan di Kota Mataram cukup kental dengan adat Islamnya. Namun, di pinggiran, seperti pantai, ternyata juga terdapat daerah yang cukup bebas. Bebas ngisep, bebas minum, maupun bebas nge seks. Makanya, banyak bule-bule yang suka hidup/ plesiran di pantai-pantai. Konon, semboyannya “Tak ada polisi tak Ada Polusi”.

Selasa, 10 Mei 2011

Pendakian Rinjani

adheb's doc
Para Pendaki Rinjani
Pendakian Rinjani - Hari semakin dekat, menjemput masanya. Masa yang selama ini ditunggu-tunggu oleh para pecinta alam yang ingin melihat kemolekan sebuah maha karya sang pencipta, kata pujangga, sungguh indah pikiran ini membayangkannya, walaupun mata belum pernah menembusnya. Indah, cantik, dan menyejukkan hati. Ya, Gunung Rinjani, Gunung yang menjadi dambaan para petualang untuk menjejakkan kaki di sana.

Rabu, 27 April 2011
Pagi, jam 06.00 WIB kami bersiap-siap menuju ke stasiun Lempuyangan, stasiun yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UIN. Sampai di stasiun , sudah ada Papi di sana, senior Mapalaska (alumni red) Setelah berkumpul semuanya, kami masuk stasiun untuk menaiki kereta yang telah lama menunggu, siap-siap untuk jalan. Sebelum naik kereta, kami berfoto-foto sebentar sebagai salah satu dokumentasi perjalanan kami, perjalanan yang pastinya akan cukup melelahkan. Perjalanan kereta kami ini dimulai tepat pukul 07.30 WIB.
Santai tapi pasti, tidak terjebak macet, ekonomis, sekaligus sedikit gratis. Ya,, itulah kereta ekonomi yang sangat terjangkau oleh rakyat, khususnya kalangan bawah, termasuk juga kami, para mahasiswa yang keterbatasan dana, namun, mempunyai keinginan kuat untuk melangkah. Kami duduk berada di gerbong bertuliskan K3-787 08, kelas ekonomi dengan 106 penumpang. Begitulah tulisan yang tepat berada di depan saya. Dengan lalu lalang para penjaja makanan, minuman, dan sejenisnya kita merasa nyaman, tanpa merasa terganggu dengan suasana yang ada.
Kami menikmati perjalanan ini dengan penuh canda dan sua.Tempat duduk yang cukup leluasa mulai dari Jogja hingga sampai di Banyuwangi. Kadang, jika sedang bosan duduk, maka kami jalan-jalan di gerbong, dan duduk di antara gerbong maupun di pintu kereta sekedar melihat suasana luar kereta di sepanjang jalan yang dilalui.Pemandangan yang terasa menyejukkan, karena penuh dengan hijaunya padi dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan yang membisingkan.
Stasiun Purbalingga telah kami lalui, jarum jam menunjukkan pukul 17.45 WIB, menandakan hampir berakhirnya matahari memancarkan teriknya, dan bersiap-siap untuk terbenam. Salah satu yang ada di benak kita, kapankah akan sampai di Banyuwangi?.Ternyata jam 21.00 WIB baru akan sampai di Banyuwangi. Jauh juga ya,.
Akhirnya, kita tiba di stasiun Banyuwangi. Kulihat jam di hpku, waktu menunjukkan pukul 22.13 WIB. Sebelum keluar, ada sedikit insiden, dimana rokok kita yang telah habis, dan kebetulan kita menemukan 3 bungkus rokok, dikira itu adalah rokok yang tertinggal atau sengaja ditinggal oleh pemiliknya. Tanpa berpikir panjang, kami pun menyulutnya, eh, ternyata pemiliknya kembali lagi ke tempat semula untuk mengambil rokok tadi, untung saja pemiliknya merelakan, karena terlihat dia tidak begitu membutuhkannya. Kereta ini telat dari jadwal semula, yang di jadwal terpampang pukul 21.00 WIB tiba di satsiun Banyuwangi.
Keluar dari stasiun, kami langsung menuju ke Pelabuhan Ketapang yang hanya berjarak sekitar 15 menit perjalanan dari stasiun Banyuwangi. Kita menuju ke Pelabuhan Ketapang dengan jalan kaki.Tanpa menunggu lama, kapal yang kami naiki langsung menuju ke Bali. Sampai di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, waktu menunjukkan pukul 22.30 WITA. Perjalanan kapal yang tidak sampai 1 jam ini kami nikmati dengan baik. Di pelabuhan Gilimanuk, kami istirahat menunggu pagi dengan bercengkerama dengan teman-teman Mapala. Ada 2 orang dari Unisi dan juga 4 orang dari Mahapeka Bandung hingga larut pagi.

Kamis, 28 April 2011
Setelah tidur yang hanya sekitar 2 jam, karena mengobrol kesana-kemari dengan teman Unisi, sekitar jam 05.30 WITA kami bangun untuk meneruskan perjalanan. Keluar dari Pelabuhan Gilimanuk kita jalan kaki menuju ke Terminal Gilimanuk, yang jaraknya tidak jauh dari pelabuhan.
Sampai di terminal, kita ditawari untuk naik angkutan menuju ke Pelabuhan Padang Bai.Namun, sebelum berangkat kita mengisi perut dulu, makan di terminal dengan makanan khas, nasi balap. Kita transit di Kabupaten Karangasem pukul 10.30 WITA, dan baru tiba di Pelabuhan Padang Bai sekitar pukul 12.00 WITA.
Akhirnya, kami istirahat lagi di pelabuhan sambil makan dan ngopi.Karena kecapekan, ada yang tidur, namun ada juga yang jalan-jalan menikmati pemandangan di Pelabuhan Padang Bai yang cukup indah itu. Jam 18.30 WITA, kami bangun dan menuju ke kapal yang akan mengangkut kita. Setelah antri beberapa saat, kamipun masuk ke kapal.Waktu menunjukkan pukul 19.15 WITA, kapal meninggalkan pelabuhan Padang Bai.
Semilir angin di tengah laut menggelayuti tubuh ini yang belum mandi. Di atas dek, kami bermain poker ditemai dengan kopi dan snack, sambil mengobrol dengan orang Lombok asli bernama Ading. Dia banyak bercerita tentang keindahan Pulau Lombok .Dengan Pantai Senggigi yang cukup terkenal, dan bermacam objek wisata lainnya.
Di pantai Kute, setiap tahun selalu ada perayaan yang disebut dengan Nyale.Nyale adalah hewan sejenis cacing di pantai ini, yang hidup hanya sekali dalam setahun, mulai dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Sayang, saya tidak tahu persis tanggal perayaan itu terjadi.
Lombok juga terkenal dengan sebutannya sebagai Pulau Seribu Masjid. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Disebut demikian, karena sangat banyaknya masjid dan mushalla yang ada di pulau ini.
Akhirnya, kita tiba di Lembar sekitar pukul 23.30 WITA, setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam. Keluar dari pelabuhan, kita menuju ke mushalla di daerah pelabuhan untuk beristirahat sejenak sebelum meneruskan perjalanan esok hari.

Jum’at, 29 April 2011
Tidur di mushalla sangat nyaman, membuat badan kami agak fit kembali. Jam 05.00 WITA kami bangun untuk melakukan sholat berjamaah, dilanjutkan berkemas-kemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Terminal Mandalika, Mataram. Jam 06.15 WITA kami tiba di Mandalika. Di terminal kami istirahat sebentar untuk menyantap sarapan pagi. Seperti menu biasa, makanan khas nasi balap.Hanya 4 ribu perak. Setelah cukup kenyang, kita melanjutkan naik line (Kata orang sana, di Lombok tidak ada bis, tapi adanya line) menuju ke Aikmal sekitar jam 06.30 WITA. Kemudian kita transit di pasar Masbagik jam 07.40 WITA. Di sana kita membeli kebutuhan sekitar 20 menit (salah satunya adalah persediaan rokok kami 1 pak), dan meneruskan perjalanan lagi . Jam 11.20 kami sampai di desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun yang merupakan jalur pendakian Gunung Rinjani dengan mitosnya Putri Anjani.
Di base camp, kami membayar retribusi terlebih dahulu. Kebetulan, retribusi bulan April ini seharga 10.000 rupiah dari harga biasanya, 2.500 rupiah. Kami diberi 2 tiket, 2.500 untuk retribusi masuk taman nasional, dan ada tambahan sebesar 7.500 untuk pemeliharaan dan kegiatan lain. Selesai membayar retribusi dan mengisi air, kami langsung melakukan perjalanan menaiki gunung. Hingga jam 14.06 WITA, kita istirahat untuk mengisi perut kembali.
Pukul 16.30 kita tiba di pos 1, kami istirahat sejenak, karena perjalanan yang cukup melelahkan.Setelah melepas lelah sejenak, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Tiba di pos 2 pukul 06.00 WITA, di sana bertemu dengan teman-teman dari Kapalasastra FIB UGM, yang juga sedang melakukan pendakian Rinjani dalam rangka Ekspedisi Putri. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, mereka lalu melanjutkan perjalanan ke pos 3 yang berjarak sekitar 1 km, dan kami akhirnya memutuskan untuk nge-camp di pos 2 ini. Kamipun mendirikan tenda dan memasak untuk makan malam. Setelah makan malam, kami bercengkerama sebentar sambil minum kopi, dan tidur pukul 22.00 WITA untuk meneruskan perjalanan esok hari.

Sabtu, 30 April 2011
Jam 06.00 WITA kami bangun, lalu memasak untuk mengisi tenaga yang akan kami pakai. Setelah memasak, makan dan berkemas-kemas, maka pukul 8 pagi kami meneruskan perjalanan ke pos 3. Di sana kami bertemu lagi dengan teman-teman dari Kapalasastra. Ada juga penduduk lokal yang akan memancing di segara anak, maupun bule yang akan dan telah mendaki Rinjani. Tiba di pos 3 jam 09.30 WITA, kita istirahat cukup lama, hampir 1 jam karena menunggu teman Kapalasastra yang akan mendaki terlebih dahulu.
Sekitar pukul 12.00 WITA, kita memulai untuk mendaki 7 Bukit Penyesalan. Untuk mendaki trek ini, kita harus memiliki tenaga ekstra, karena setelah puncak akan ada puncak lagi, hingga berjumlah 7 puncak. Pukul 15.00 WITA kami (Go-Blank, Papi, dan Bokir) telah sampai di pos Plawangan. Di sana kami istirahat hampir 1.5 jam, sambil menunggu Gondes dan Jiban yang masih lama berada di belakang jauh. Kemudian setelah mereka sampai, kami melanjutkan perjalanan menuju kamp, yang berjarak sekitar 30 menit.
Tiba di tempat kamp pukul 15.00 WITA, dan langsung mendirikan tenda. Di sana pemandangannya cukup indah, sunset yang kemerah-merahan dan menjulang begitu lebar. Serta puncak gunung agung yag terlihat jelas. Di Plawangan ini, para pendaki disuguhi oleh berbagai bunga yang begitu cantik menawan, setelah lelah melewati bukit penyesalan.Dari sinilah, awal keindahan itu bisa dinikmati. Gunung Rinjani yang begitu mempesona baik bagi para pendaki lokal maupun turis asing yang berminat.
Selama perjalanan, kami berpapasan dengan turis dari Singapur, Barcelona, Prancis, Belanda, maupun Australi. Mereka datang kemari untuk menikmati keindahan Gunung Rinjani yang sangat memukau mata ini.
Di kamp 4 (Plawangan Sembalun) ini, hawa dingin sangat menusuk tulang, dengan ketinggian sekitar 2.800 Mdpl. Puncak Gunung Rinjani sendiri ada di ketinggian 3726 Mdpl. Gunung tertinggi ke2 di Indonesia ini setelah puncak Cartenz. Sore hari beranjak malam, dinginpun kian menusuk tulang. Kamp kami yang tepat mengarah ke tebing yang curam, namun sangat menarik, karena pemandangannya yang terlihat cukup bagus, membuat hati kita tentram, tanpa ada rasa lelah sedikitpun. Subhanallah..,.
Setelah mendirikan tenda, tidak lupa kami memasak untuk makan malam. Setelah makan, kami membuat kopi untyuk penghangat badan,sambil menunggu mata ini terpejam. Have a nice dreams,, good luck to top Rinjani.

Minggu, 1 Mei 2011
Pukul 4 pagi kita bangun untuk melakukan pendakian ke puncak. Setelah menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa ke puncak, kami berangkat dengan 4 personil yaitu Gondes, Go-blank, Jiban, dan Bokir. Papi tidak ikut ke puncak, karena ia pernah menjajakkan kakinya di puncak ini, sehingga memilih untuk tidur di tenda dengan pulas, sambil menjaga barang yang kami tinggal.
Setelah menaiki tanjakan yang cukup curam, dengan berjalan setapak demi setapak, Bokir dan Go-Blank tiba di puncak pukul 08.30 WITA. Terbayarlah seluruh kelelahan yang kami lakukan selama perjalanan ini. Tak berapa lama Jiban datang menyusul kami, Akhirnya kami bertiga berfoto-foto di puncak ini. Sekitar 1 jam kemudian, kami memutuskan untuk turun, karena kabut cukup pekat. Namun setelah kami turun sekitar 30 menit, Gondes yang berada di bawah kami kira tidak akan naik ke puncak memutuskan untuk naik, sehingga kami menunggu dia naik ke puncak. Sambil menunggu, kami menikmati roti dan agar-agar yang telah kami persiapkan sebelumnya.Ahirnya, setelah ditunggu lebih dari 4 jam, Gondes turun. Memang, gondes adalah tim kami yang sangat lamban dalam melakukan perjalanan, sehingga, setiap perjalanan kami harus menunggu dia dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Karena menunggu Gondes yang cukup lama, akhirnya semua tiba di kamp sore hari, sehingga membuat kami kembali untuk menginap di kamp ini lagi. Sebenarnya, hari ini kami mernjadwalkan untuk turun ke Danau Segara Anak. Di kamp ini ternyata jika siang hari sangat banyak kera liar yang suka mengganggu para pendaki.

Senin, 2 Mei 2011
Jam 06.00 WITA kami beranjak dai selimut untuk bersiap-siap menuju ke Danau Segara Anak. Danau yang berada di bagian atas Gunung Rinjani, dimana di tengah-tengahnya terdapat Gunung Anak Rinjani yang selalu aktif.
Jam 07.30 Bokir dan Papi turun terlebih dahulu menuju danau untuk memancing, sedangkan yang lainnya masih menunggu hingga tenda dan perlengkapan yang kami jemur kering, karena hujan kemarin. Jam 11, mereka telah sampai di Danau Segara Anak, sedangkan Go-Blank, Jiban, dan Gondes mulai perjalanan turun pukul 09.00 WITA.Perjalanan turun kami sangat santai, karena Gondes tidak mau jalan dengan cepat. Hingga pukul 13.00 Go-Blank dan Jiban tiba di Danau terlebih dahulu. Setengah jam kemudian, baru Gondes datang.
Di sini, kami memancing ikan.Tapi, ikan di sini katanya tidak sebanyak dahulu, dan kebanyakan ikannya kecil-kecil. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, ikan besar sangat mudah didapat. Tak berapa lama, kamipun mendirikan tenda dan langsung memasak, karena kami belum sarapan pagi.
Walaupun ikannya sedikit, tapi sore hari Papi berhasil mendapatkan 1 ikan yang cukup besar, disamping puluhan ikan kecil-kecil yang didapat. Ikan-ikan tersebut kami masak, untuk lauk makan malam. Sore hari, setelah memasak kami melakukan kegiatan apa saja, mulai dari memancing, bercengkerama, melihat pemandangan, maupun melakukan permainan rutin kita pokeran, hingga larut malam.

Selasa, 3 mei 2011
Hari ini kami melakukan kegiatan santai santai, menikmati indahnya Danau Segara Anakan. Kegiatan sehari ini kami isi dengan memancing, berfoto-foto, memasak, makan, ataupun mandi di air hangat, yang terletak sekitar 200 meter dari kamp kami. Air hangat ini dipercaya oleh warga sekitar dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Banyak warga yang mempunyai penyakit datang ke sini hanya sekedar untuk berobat. “Asalkan dengan niat yang tulus, Insya Allah penyakit dapat terobati”, kata salah satu penduduk lokal yang kebetulan bersam kami.Air hangat ini terbagi dalam 3 tempat. Jika anda baru pertama kali mendi di air hangat ini, maka harus berendam di air yang paling bawah, untuk penyesuaian. Baru berpindah ke atasnya, dan yang paling atas adalah air yang paling panas.Tepat di sebelah air hangat ini, terdapat air terjun yang begitu menakjubkan.Waw,, sungguh indah.,.,

Rabu, 4 Mei 2011
Pagi hari, sekitar pukul 06.00 WITA kami bangun tidur, berkemas-kemas untuk pulang melalui Jalur Senaru. Setelah masak sebentar, kami sarapan dan berangkat pukul 09.00 WITA.
Perjalanan ini kami lakukan dengan mendaki tebing yang cukup curam, setelah berputar mengelilingi seperempat Danau Segara Anak ini. Tiba di Pos Plawangan Senaru pukul 12.00 WITA, kami istirahat sebentar untuk makan snack yang kami bawa. Dan setelah 1 jam, kami meneruskan perjalanan kembali. Satu jam kemudian, kami tiba di pos Cemara Lima, istirahat sebentar dan meneruskan perjalanan menuju k epos 3. Kami melakukan perjalanan pulang ini dengan cepat, karena kebetulan Gondes bisa diajak kompromi. Dari Cemara Lima, kami melewati hutan yang rimbun, tidak seperti pada saat kami melakukan perjlanan ke puncak.
Pukul 15.00 WITA kami tiba di pos 3, dan juga istirahat sejenak. Di pos ini juga ada bule –bule yang aka melakukan pendakian ke puncak. Dan melanjutkan perjalanan lagi menuju ke pos 2. Di perjalanan ini kami kembali melihat kera-kera yang cukup banyak. Di pos 2, kami bertemu kembali dengan teman-teman dari Kapalasastra, yang berjumlah 7 orang, membuat perjalanan kami cukup ramai.
Matahari pun mulai terbenam, saat kita melajutkan menuju ke pos ekstra. Perjalanan semakin paanas karena khawatir gelap menyelimuti langkah. Jalan pun semakin dipercepat, walaupun juga semakin licin. Akhirnya, kami sampai di pos 1 pukul 17.20 WITA. Kamipun mulai menelusuri jalan setapak yang penuh dengan akar-akar pohon. Kian lama, kaki semakin semangat menuruni jalan, sehingga goresan-goresan terasa biasa bagi kami. Akhirnya, pukul 18.00 WITA kami tiba di pintu masuk pendakian Desa Senaru, Kecamatan Bayan, KLU.
Di sini, langkah kami terhenti sejenak untuk mengatur nafas yang cukup lelah. Juga sejenak menyandarkan tubuh yang mulai diselimuti rasa capek. Perjalanan masih panjang, dari pintu masuk ini, kita harus berjalan lagi lebih dari 1.5 km, menuju ke permukiman warga.Ya, perjalanan masih sangat panjang kawan. 1.5 jam kemudian, kita sampai di pemukiman terdekat. Dengan penuh kegembiraan, walaupun badan masih digerogoti rasa letih, kami langsung menuju basep untuk membaringkan tubuh. Karena perut terasa lapar, akhirnya kami memasak untuk mengisi perut ini.
Dengan logistik sisa yang ada, kami memasak untuk terakhir kalinya, dan melahap hingga kenyang.Ternyata, masakan kami sangat banyak, dan tidak habis, akhirnya kami biarkan saja , kami tarus di misting kami, dan ditinggal tidur. Ternyata, di Senaru ini bamyak anjing. Entah liar ataupun tidak, yang jelas anjing-anjing tersebut sangat mengganggu kami. Mereka saling berebut memakan sisa nasi kami, sehingga lolongannya tidak habis-habis.

Kamis, 5 mei 2011
Pagi menjelang, kami bangun dan berkemas-kemas untuk melanjutkan perjalanan pulang. Jam 07.00 WITA, kami naik line, menuju ke Mataram, sedangkan Go-blank dan Jiban jalan-jalan terlebih dahulu ke Pulau Gili Trawangan. Di perjalanan, tidak lupa kami mengisi perut, makan nasi balap khas Lombok. Selesai sarapan, pak sopirpun tancap gas menuju ke Mataram, pusat kota Lombok.

Jum’at, 6 Mei 2011
Jum’at ini, semua tim kembali berkumpul di rumah mas Gagap, senior Mapalaska. Rombongan Bokir CS telah sampai tadi malam, sedangkan Go-Blang bersama dengan Jiban sampai siang hari, sebelum Jum’atan.Kita stay di sini rencana selama 3 hari, di dekat Sanur. Tiba di Bali, Go-Blang CS istirahat, setelah bepergian jalan-jalan, sedangkan Gondes, Papi CS pergi ke Kute.

Sabtu, 7 Mei 2011
Hari ini, anak-anak pada jalan masing-masing. Ada yang pergi ke pantai sanur, istirahat di rumah, maupun jalan-jalan di daerah sekitar, melihat pemandangan kota Bali yang ramai nan macet (soalnya di kota). Namun, malam hari kita kembali pergi bareng-bareng ke puputan (Alun-alun Denpasar). Kita jalan-jalan di sana, bareng juga sama Beti, anak Mapala UMY, dan juga anak Mapala Univ. Muh. Malang. Ngobrol-ngobrol sampai larut malam, tak lupa berfoto-foto di keramaian Kota ini.

Minggu, 8 Mei 2011
Hari ini, kita persiapan untuk pulang dan juga main ke tempat alumni, mas Detri, karena diundang untuk makan malam bersama, sebelum pulang ke Jogja. Malam hari, kita pulang, dengan diantar oleh mas detri sampai ke Terminal Ubung. Di sana, kembali berjumpa dengan Beti, anak mapala UMY, yang memang rumahnya dekat dengan terminal. Dari terminal, kita naik angkutan sekitar pukul 21.30, dan tiba di pelabuhan Gilimanuk pukul 00.00 lebih. Di pelabuhan, kita kembali bertemu dengan 2 anak dari kapalasastra. Kita langsung menyeberang dengan kapal Feri. Di kapal, kita istirahat, di ruangan VIP (AC, vull music, poko’e mantaff) kapasitas 30an orang diisi hanya kami ber5.

Senin, 9 Mei 2011
Tiba di Pelabuhan Ketapang, kita langsung menuju ke terminal Ketapang, kita bermalam disana, sampai pagi hari. Jam 5 pagi kita bangun. Dan pukul 06.30 Kereta kita berangkat menuju ke Yogyakarta.Perjalanan terakhir ini harus kita nikamati dengan sebaik-baiknya.. Slamat tinggal Bali, Banyuwangi, Surabaya,,

Tak terasa kita tlah tiba di Yogyakarta, pukul 22.00 WIB.Di lempuyangan kita istirahat sebentar, sambil kumpul-kumpul. Dan sejam kemudian kita pulang ke rumah masing-masing. Ah,, bener-bener pengalaman yang tak terlupakan.. (smoga suatu ketika ada yang menuliskan kisah, lebih bagus dari bait-bait Rinjani.,.,,)
Bokir, Go-Blank, dkk