Minggu, 01 November 2020

Padat Karya Tunai Desa

Padat karya merupakan program yang sudah dijalankan sejak beberapa tahun yang lalu. Di negara berkembang, skema cash for work banyak dijalankan dalam jangka pendek sebagai instrumen jaring pengaman sosial untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pasca peristiwa darurat seperti bencana atau konflik yang terjadi di negaranya. Di Indonesia, konsep padat karya sudah dijalankan cukup lama. Setiap era menjalankannya dengan ciri khas yang berbeda-beda. Beberapa program diantaranya seperti program IDT pada masa Suharto, JPS di masa Habibie, serta PNPM di masa SBY. 

Dengan berbagai keberhasilan di era sebelumnya, pada tahun 2018 Presiden Jokowi kembali mencanangkan program yang sama.  Kebijakan padat karya tersebut tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang terdiri dari empat kriteria sasaran utama. Berbagai kementerian terkait turut dilibatkan termasuk pemerintah daerah di setiap wilayah demi mendorong program-program yang bersifat padat karya, sehingga dapat mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. 

Kementerian Desa merupakan salah satu otoritas yang diberi tugas oleh presiden untuk menjalankan program padat karya tunai.  Melalui anggaran negara yang bersumber dari Dana Desa, setiap desa diwajibkan mengalokasikan minimal 30 persen anggaran Dana Desa untuk program padat karya tunai yang sudah dimulai sejak tahun 2018 silam. Belakangan, program tersebut dikenal dengan sebutan Padat Karya Tunai Desa  atau yang kerap disingkat dengan istilah PKTD. Meskipun pada awal pelaksanaan hanya difokuskan pada 1.000 desa percontohan, Kemendesa bergerak cepat dengan mewajibkan semua desa untuk menjalankan program padat karya.

Di masa pandemi ini, padat karya merupakan salah satu jaring pengaman sosial yang cukup efektif untuk menambah pendapatan masyarakat miskin, sehingga perekonomian masyarakat bawah tidak semakin terpuruk. Tidak hanya Kemendesa, beberapa kementerian lain turut dilibatkan agar dapat menyerap tenaga kerja secara maksimal. Lalu seperti apa implementasi padat karya selama dua tahun ini? Apakah program tersebut berjalan maskimal, apakah berhasil meningkatkan masyarakat miskin, apakah menyasar target secara tepat dan sesuai dengan harapan awal, atau malah sebaliknya?  

Kamu penasaran? Simak aja isi lengkapnya di dalam buku ini. Berbagai cerita pegalaman dari para pelaku padat karya yang amat ciamik untuk dilewatkan. Sebuah penelitian saya pribadi selama beberapa bulan secara mendalam dengan sekitar 25 aktor yang terlibat langsung di dalamnya. 

Slamat membaca…😃