Rabu, 25 September 2019

Pendakian Gunung Kembang, Belajar Pentingnya Pendakian Edukatif

Bagi seorang yang hobi mendaki, sudah menjadi hal yang lumrah jika ingin lebih mengeksplore gunung karena keindahannya, karena jalurnya yang gak biasa, menantang, atau ciri khas suatu track yang berbeda dengan jalur lain untuk mencapai puncak di gunung yang sama. Mungkin, saya adalah salah satu orang yang suka mencoba merasakan keindahan gunung-gunung, khususnya di seputaran Jawa Tengah ini. Walaupun belum semua gunung di Jawa Tengah pernah saya daki, tetapi saya sudah merasakan sebagian besar puncak yang ada di kawasan Jawa Tengah ini, dan selalu ingin untuk mencoba merasakan pendakian melalui jalur baru yang berbeda. Merasakan kekhasan tracknya, dan juga keramahan warga beskem di setiap jalur yang berbeda.
Suasana di Puncak Gunung Kembang
Bagi seorang pemula, bahkan sebagian besar pendaki tujuan utama mereka adalah untuk mengeksplore keindahan alam yang ada di wilayah itu. Biasanya sih spot puncak yang menjadi favorit utama, dengan latar pegunungan, awan, atau pemandangan yang berbeda sebagai pengalaman pendakian pertama, atau pendakian  ke sekian kalinya agar kelak bisa diceritakan ke temen atau lewat status yang bisa langsung dibagikan ke kawan lain. Wajar sih, karna itu suatu reward atas usaha kita setelah melakukan pendakian cukup panjang, capek, dan melelahkan yang belum tentu akan bisa terulang kembali.

Sampai sekarang belum banyak gunung yang mempunyai misi untuk  mengedukasi para pendaki, khususnya pemula tentang Tata Cara Mendaki Yang Baik. Bukan melalui tutorial, bukan lewat youtube, atau sekedar ilmu dan materi yang kita serap tanpa mengaplikasikan di ruang yang sebenarnya, tetapi lewat pengalaman langsung dengan pemahaman-pemahaman dan sanksi nyata. Sesekali kalian perlu mencoba pendakian Gunung Kembang Via Blembem agar tahu tata cara pendakian yang edukatif secara langsung dan nyata, sebagai bekal kalian untuk melakukan pendakian selanjutnya.

Pengalaman pendakian via Blembem ini suatu hal yang sangat penting bagi pendaki pemula, karena belum ada satu gunungpun yang saya temui, mempunyai misi pendakian yang cukup edukatif seperti jalur Blembem ini. Mungkin beberapa gunung sudah mengelola pendakian secara professional atau online. Namun, jika pengelolaannya dilakukan secara edukatif, saya yakin belum begitu banyak yang melakukannya. Yang saya tahu, baru Gunung Gede Pangrango yang melarang penggunaan botol air mineral untuk dibawa ke atas. Saya belum tahu gunung lainnya, karena selama melakukan pendakian, belum ada satupun gunung yang saya jumpai melakukan screening logistik secara ketat, termasuk pemahaman mengenai sampah yang akan timbul dari barang bawaan para pendaki.

Berbeda dengan Gunung Kembang ini, yang banyak disebut sebagai anak dari Gunung Sumbing. Di sini kalian akan diajari bagaimana menjaga dan merawat gunung kita agar tetap asri. Saya sendiri sudah setahun yang lalu mendengar tentang kebersihan dan keistimewaan pendakian gunung via Blembem ini. Sebelumnya, satu setengah tahun yang lalu salah satu teman, theslackerhiker pernah mereview gunung ini ketika baru saja dibuka, namun belum seketat saat saya melakukan pendakian kemarin.

Semua penjaga yang berasal dari berbagai komunitas begitu ramah saat menjelaskan secara detail prosedur pendakian lewat beskem yang berada di tengah-tengah kebun teh ini. Sebelum registrasi, kita diwajibkan untuk mencatat semua barang yang mengandung plastik, kaleng, senjata tajam dan beberapa barang lain yang membutuhkan waktu lama untuk terurai. Kita akan diberikan selembar kertas checklist untuk kita isi secara detail. Kalau perlu jenis logistiknya kita tulis agar nanti saat turun mudah untuk melaporkan kembali. Termasuk pula saat saya membawa sebungkus rokok yang tinggal sepuluh batang, karena saat turun nanti tidak boleh sebatang puntung rokokpun yang tertinggal di atas. Jika ada salah satu yang tertinggal, maka kalian akan kena denda sebesar 1.025.000,- rupiah, atau kalian akan diminta naik ke puncak kembali untuk mencari barang tersebut seperti salah satu pendaki yang kehilangan bungkus sachet kopinya saat saya turun. Denda  sudah terpampang jelas di beberapa sudut agar setiap pedaki bisa membacanya dengan mudah. So, kalian tak bisa mengelak jika ada satu barang yang hilang dari daftar check list mu saat turun nanti.

Ada beberapa hal yang dilarang, seperti membawa tissue basah. Beberapa gunung sudah menerapkan hal ini. Termasuk saya sendiri yang sudah menghilangkan tissue basah dari daftar bawaan dalam setahun terakhir ini. Pendaki juga dilarang untuk camp di area hutan, dan hanya diperbolehkan camp mulai dari sabana sampai puncak. Itu artinya, kalian harus berjalan sekitar 3 jam terlebih dahulu, baru bisa mendirikan tenda. Di Sabana hanya bisa didirikan sekitar 10 tenda, karena medannya yang relatif terjal. Namun, jika kalian bisa sampai ke puncak yang hanya berjarak setengah jam dari Sabana, kalian akan dapat mendirikan tenda dengan nyaman karena kontur di puncak lumayan datar dan dapat didirikan tenda dengan kapasitas lebih dari 100 buah. Sangat jarang pendaki yang mendirikan tenda selain di puncak, kecuali mereka sangat kelelahan saat perjalanan. Saat ngecamp, kalian dilarang untuk membuat api ungguan karena berpotensi untuk terjadi kebakaran. Begitu juga, dilarang menyalakan kembang api sebagai euphoria seperti yang biasa dilakukan di kota ketika tahun baru. Jika melanggar salah satu item tersebut, denda siap-siap menghampiri anda.

Botol air mineral dilarang keras untuk dibawa naik karena berpotensi untuk tertinggal di atas. Tetapi jangan khawatir, karena disini disediakan jerigen dan botol air minum semacam tumbler dengan stok yang cukup banyak, yang siap menampung air anda ketika naik. Saya memang berniat untuk menyewa jerigen 5 literan dengan biaya 10 ribu rupiah. Tetapi ketika turun, saya masih dapat menukarkan jerigen tersebut dan dengan kembalian 8 ribu rupiah. Artinya, kalian hanya perlu membayar 2 ribu rupiah untuk menyewa jerigen air tersebut. Sama sekali bukan sesuatu hal yang terlihat mahal atau diaggap sebagai mencari keuntungan, karena sudah ada biaya untuk alokasi beskem sebesar 5 ribu rupiah per pendaki. Dengan biaya tersebut, kalian mendapatkan berbagai fasilitas seperti trashbag, plastik, musholla, toilet, bahkan cas gratis di lokasi. Air bersih juga sudah tersedia di samping rumah secara free. Sebagai seorang perokok, saya ambil satu botol bekas yang sudah disiapkan untuk menampung puntung rokok, agar tidak tercecer tanpa biaya.

Penjaga beskem menyarankan saya untuk mengambil trashbag dan juga plastik saat dia mengetahui di carrier saya tidak terdapat trashbag ketika checklist barang bawaan. Saya mengambil 2 buah trashbag gratis untuk saya bagi dengan teman. Bayangin aja, jika kalian membeli trashbag secara eceran, harganya 2-3 ribu, dan disini kalian dapat secara gratis. Memang, pendakian kali ini saya tidak memakai trashbag seperti biasa, karena selain kemarau cuaca cukup cerah ketika saya lihat keadaan cuaca baik di langit atau di aplikasi handphone sebelum berangkat.

Setelah semua logistik dicheck list, kami menuju tempat registrasi dan menyerahkan kartu identitas. Gak mahal sih, karena saya hanya membayar sebesar 25.000 dengan rincian 15 ribu untuk tiket, 5 ribu untuk biaya pengelolaan beskem, serta 5 ribu untuk biaya parkir motor. Bahkan jika kalian ingin lebih cepat, klain bisa naik tayo yang disediakan hinga pos 1 (Kandang Celeng) dengan biaya 20 ribu rupiah. Nanti kalian akan dapat voucher menarik yang dapat ditukarkan di beskem, berupa satu paket teh khas Tambi ini.

Saya sih lebih memilih untuk berjalan kaki, sambil merasakan indahnya pemandangan kebun teh selama satu jam perjalanan ini, walaupun pulangnya memilih untuk naik tayo karna bujukan teman. Setelah pos Kandang Celeng kalian hanya akan menemui hutan belukar dengan track yang cukup terjal sampai ke puncak. Sebagian besar sih mengatakan jika jalur ini cukup sadis, karena jarang sekali bonus untuk kita beristirahat. Namun tenang aja, karena di setiap jalur terdapat tanda agar kita tidak tersesat, termasuk tali di beberapa tanjakan yang cukup membantu pendaki dengan medan yang curam.

Selamat mencoba wisata edukasi, yang baru pertama kali saya rasakan di dalam pendakian gunung ini.
Mari mendaki dengan bijak…

Hal-hal yang dilarang :
membawa tisu basah
mendirikan tenda di hutan
membawa botol air mineral kemasan
membuat api unggun
menyalakan kembang api
meninggalkan sampah anorganik
masuk kawasan tanpa ijin
menebang pohon
membawa senjata tajam lebih dari 20 cm
membawa senjata api
membawa alat musik/speaker
membawa minumn keras
memetik edelweis
jika melanggar, maka denda sebesar 1.025.000,- per item

Jalur :
Beskem- Kandang Celeng     : 1 jam (sekarang tidak melewati istana katak)
Kandang Celeng Pos Liliput : 30 menit
Pos Liliput – Simpang 3        : 15 menit
Simpang 3 – Pos Akar          : 15 menit
Pos akar – Sabana                 : 30 menit
Sabana- Tanjakan Mesra       : 15 menit
Tanjakan Mesra – Puncak     : 15 menit