Rabu, 27 April 2016

Saumlaki, Maluku Tenggara Barat


Saumlaki, Maluku Tenggara BaratMerupakan ibukota dari Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel) sekaligus ibukota dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB),yang memisahkan diri dari Kabupaten Maluku Tenggara di tahun 2002 lalu. Di sini, lebih terkenal dengan daerahnya (kelurahan) Saumlaki, yang terletak di Pulau Yamdena, pulau kecil dari kepulauan Tanimbar di sebelah tenggara Ambon. Pulaunya cukup kecil, dan di sebelahnya lagi sudah negara Australi, terpisah oleh laut Arafura. Tak heran, ada beberapa turis Australi yang berlibur ke daerah ini baik melalui pesawat maupun menggunakan kapal.
adheb's photo
Bandara Baru Mathilda Batlayeri
Setahu saya, daerah yang lumayan ramai di MTB ini adalah di Desa Larat, di Pulau Larat, sebelah utara Pulau Yamdena, dan Saumlaki ini sendiri. Untuk perekonomian warga, banyak yang bekerja sebagai nelayan. Selain itu, beberapa sebagai pedagang, walaupn banyak juga pedagang yang berasal daerah lain seperti Buton, Makasar, dan juga Jawa khususnya orang Jawa Timuran. Tapi yang cukup banyak adalah orang Tionghoa, yang sudah sejak dulu bermukim di sini.
adheb's photo
Penampakan Kota Saumlaki dari dermaga
Terdapat 2 pasar di sini, yaitu pasar lama, yang terletak di pusat kota, dan juga pasar omele atau pasar baru yang terletak di Sifnana. Menurut berita, tahun 2012 lalu sebenarnya pasar lama akan dipindahkan ke pasar baru. Walaupun cukup luas tempatnya, sampai sekarang pasar baru masih saja sepi, karena warga tidak setuju dengan adanya pemindahan pasar tersebut. Selain itu, ada juga Mal satu satunya di sini, yaitu SATOS (Saumlaki Town Square). Namun jangan dibayangkan atau disamakan dengan mal yang ada di kota kota, pastinya sangat berbeda.
adheb's photo
SATOS (Saumlaki Town Square)
Untuk bank, yang saya lihat selama di sini hanyalah BRI, BNI, Danamon, dan bank Lokal sini. Dan untuk sinyal, yang jelas terdapat sinyal telkomsel dan indosat, karena dua operator tersebut ada sinyalnya di hp saya. Sedngkan penginapan ada beberapa, mulai dari harga 150 ribu sampai yang 500 ribu. Jalan di kota ini searah, jadi kalau kendaraan mau putar balik, biasanya akan melewati gang di luar jalan utama.
Jika kalian mencari tempat wisata, ada beberapa tempat yang bisa kita liat. Kita bisa menikmati indahnya kota Saumlaki dari dermaga di sore hari, kita juga bisa mengunjungi Gereja Hati Kudus Yesus di Olilit Barat yang cukup besar. Selain itu, Ada juga Monumen Kristus Raja yang terletak di atas bukit dengan patung besar yang menjadi tempat ziarah utama pemeluk Katholik di Yamdena. Monumen ini diresmikan pada tahun 2004 dan diberkati oleh Duta Vatikan untuk Indonesia Mgr. Ranjit Patabendigde. Monumen ini sebagai wujud Penghargaan dan Penghormatan kepada Kristus Raja Alam Semesta yang biasanya dirayakan pada Bulan Nopember setiap tahun oleh umat katolik. Monumen ini dapat dilihat keindahannya secara jelas oleh pengunjung apabila berkunjung menggunakan kapal laut saat akan memasuki kota Saumlaki.
adheb's photo
Monumen Kristus Raja
Sebenarnya masih banyak lagi wisata lainnya, seperti pemandian air bomaki, monumen pendaratan missionaris di Sifnana, pantai man, pantai pertamina,pantai Matakus, dan Pantai Weluan di seputaran Saumlaki. Namun, saya belum berkesempatan untuk mengunjunginya. Mungkin, lain kali akan mengunjungi beberapa daerah tersebut, jika ada kesempatan untuk mengunjungi tempat ini lagi. Selamat menikmati.


Sabtu, 23 April 2016

Wisata ke Ambon

Wisata ke AmbonBerwisata ke Ambon, ada ada beberapa tempat menarik yang bisa kita kunjungi, sewaktu kita berada di sana. Berikut ini beberapa tempat yang saya kunjungi, selama beberapa hari berada di Ambon.
adheb's collection
Kota Ambon
Jembatan Merah Putih
Jembatan terpanjang di Indonesia Timur, sepanjang 1.140 meter ini membentang di atas Teluk Ambon, menghubungkan Galala dan Poka. Baru seminggu yang lalu jembatan ini diresmikan oleh Presiden, ketika saya tiba di Kota Ambon ini. Dari sebelumnya, untuk menuju kota Ambon butuh waktu 1 sampai 1,5 jam perjalanan dari Bandara Pattimura, kini setelah ada jembatan ini, perjalanan hanya setengah jam saja sudah bisa tiba ke Kota Ambon. Namun, tetap saja, jika kalian menggunakan angkutan umum, trayeknya memutari teluk Ambon, tidak memotong menyeberang jembatan Merah Putih.
adheb's photo
Melihat Jembatan Merah Putih di Sore Hari
Untuk melewati jembatan ini, sampai saat ini pengendara tidak ditarik biaya, sehingga sangat murah sekali untuk memotong perjalanan dari Galala menuju ke Poka, apalagi bagi warga kota yang akan menuju Kampus Pattimura di Poka, atau sebaliknya. Bahkan sekarang kapal penyeberangan yang dulunya ada 3 buah, hanya tinggal satu, karena untuk menyeberang menggunakan kapal biayanya relatif mahal, berbanding terbalik dengan biaya melewati jembatan yang gratis.
Lapangan Merdeka
Di Lapangan ini, kita bisa bersantai, berolahraga, atau sekedar selfie di depan tulisan Ambon Manise. Malam haripun tempat ini sering ramai dikunjungi warga, karena sangat cocok untuk bermain, dimana terdapat taman di sebelah utara lapangan ini yang bercahaya dengan lampu hias yang berwarna-warni dengan air mancur yang mengalir. Di tengah tengah taman itupun berdiri kokoh patung Thomas Matulessi. Hayo, siapa itu Thomas Matulessi? Ya, sesuai namanya, maka orang biasanya menyebut taman di samping kantor gubernur ini dengan sebutan Taman Pattimura, karena terdapat Patung Thomas Matulessi di tengahnya.
adheb's photo
Suasana Lapangan Merdeka di Sore Hari
Gong Perdamaian Dunia
Gong Perdamaian, sebagai simbol perdamaian warga Ambon ini terletk di samping pendopo Taman Merdeka. Yah, bendera negara-negara di Dunia ditempel di Gong Perdamaian ini, konon sebagai peringatan tragedi kerusuhan sosial bermotif SARA yang terjadi di Maluku, khususnya kota Ambon.
Tapi sayang, ketika saya hendak masuk ke Gong Perdamaian yang terdapat di Taman Pelita ini, harus membayar 5.000 rupiah, sesuai perda yang ada di karcis. Bukan masalah biaya, tapi saya masih merasa janggal, untuk menikmati wisata publik yang terletak di pusat kota, warga harus membayarnya, suatu hal yang tidak pernah saya temui di tempat lain, yang rata rata free. Padahal tempat terbuka di sebelahnya semua free.
adheb's photo
Gong Perdamaian Dunia di Ambon
Patung Christina Martha Thiahahu
Untuk mencapainya, kita harus menaiki angkutan atau ojek menuju atas bukit, di Karang Panjang (terkenal dengan nama Karpan). Jaraknya sekitar 15 menit dari kota, terletak persis di samping kantor DPRD Provinsi Maluku. Jika berada di sini, maka kita akan bisa menikmati indahnya kota Ambon dari ketinggian, dan juga indahnya Laut Banda.
Berhubung sudah malam, maka saya tidak bisa masuk ke Monumen Christina Martha Tiahahu ini, namun masih bisa menimati indahnya patung ini dari luar pagar. Konon, pada saat peletakan, patung ini beberapa kali tidak bisa berdiri tegak, dan akhirnya baru bisa berdiri seimbang setelah patung tersebut dihadapkan ke Laut Banda, tempat dimana jenazah Christina Martha Tiahahu dibuang ke laut pada saat meninggal dulu.
adheb's photo
Monumen Christina Martha Tiahahu di Sore Hari
Pantai Pintu Kota
Jaraknya lumayan jauh dari kota, lebih dari 30 menit untuk menuju ke sana. Setelah bertanya beberapa kali, akhirnya ketemu juga satu satunya angkutan menuju ke pantai ini Ya, menggunakan otto arah seri, dengan tarif 6 ribu rupiah, sudah bisa sampai sini sekali jalan. Pantai ini terletak di Desa Airlouw, Kecamatan Nusaniwe. Hanya membayar 2.000 rupiah saja, kita bisa menikmati pantai yang cukup indah di seputaran Ambon ini. Di sekitaran pantai juga sudah terdapat gubug para penjual, dan jalannya pun sudah cor, disertai tangga untuk turun menuju ke pantai.
Spesialnya, di pantai ini terdapat lubang cukup besar, dan airnya pun cukup jernih, dibanding dengan pantai di sekitarnya yang membuat saya tertarik untuk ke pantai ini daripada pantai lain di sekitar kota Ambon.
Monumen Christina Martha Tiahahu
Pantai Pintu Kota
Sebenarnya masih banyak lagi tempat wisata yang bisa kita kunjungi di Kota Musik ini, seperti benteng Amsterdam, pantai Liang, dan sebagainya. Namun selain tidak sempat, juga kebetulan saya malas untuk mengunjunginya. Maklum, waktu di Ambon, gejala pilek melanda, membuat saya malas untuk pergi mengunjungi tempat tempat wisata.

Semoga bisa memberikan sedikit gambaran, bagi kalian yang ingin pergi berlibur ke Ambon, atau sekedar mampi ke kota ini. Selamat berlibur pekan..

Selasa, 12 April 2016

Mengenal Ambon

Mengenal Ambon - Akhirnya, kesampaian juga, main ke Ambon, setelah beberapa kali hanya sempat singgah saja di Bandara Pattimura, untuk melanjutkan perjalanan ke daerah timur. Kini saya benar benar turun di Bandara Pattimura, dan melanjutkan perjalanan ke kota Ambon.
adheb's Foto
Bnadara Pattimura Ambon
Walaupun sebenarnya untuk menuju ke Kota Ambon, bisa dilalui hanya setengah jam saja melewati jembatan Merah Putih yang 2 minggu lalu baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi, namun saya memilih untuk memutari teluk dalam dan melakukan perjalanan selama 1 jam, karena  saya ingin melihat secara lebih luas, seperti apa kehidupan masyarakat di sini.
Selain itu, sbenarnya saya ingin melihat seberapa jauh jarak antara Passo dengan Tulehu. Maklum, setelah melihat film Chiko Jerrico beberapa bulan lalu, saya jadi ingin sekali untuk main ke daerah Ambon ini, daerah yang sama sekali belum pernah saya datangi.
Sangat mudah, untuk menuju ke pusat kota Ambon dari Bandara Pattimura. Kalian bisa menggunakan taksi, ojek, bus Damri, atau angkutan umum. Hampir semua perjalanan yang kita lalui, melewati tepian pantai, dan kita bisa melihat pantai secara luas, dengan jalan yang berkelok-kelok.
Sore hari, saya baru menyempatkan diri untuk berjalan-jalan keliling kota, agar tidak terlalu panas. Saya memilih berjalan kaki keliling kota (padahal gak punya uang buat naik taksi) walaupun di sini banyak sekali angkutan yang bertebaran mencari penumpang. Ada warna merah,biru,atau hijau. Kaya warna pelangi. Sekilas, mirip seperti di Bogor, kota seribu angkot. Jika kalian akan keliling kota, biasanya angkutannya berwarna hijau muda (orang sini menyebutnya warna kuning, karena ada juga angkutan warna hijau tua, yang biasa disebut dengan warna hijau), dan tinggal lihat nomor urut angkot di bagian depan, disitu sebagai petunjuk trayek angkutan tersebut, yang terpampang kecil di samping dan di atas mobil.
adheb's Foto
Jembatan Merah Putih, Jembatan Terpanjang di Indonesia Timur
Di tempat tempat tertentu, seperti arah ke terminal, pasar, hampir setiap saat jalanan akan macet oleh mobil, khususnya angkutan. Saat saya berjalan kaki, di beberapa tempat, jalan atau trotoar di sini benar benar dimanfaatkan oleh warga, karena letaknya memang strategis dan sangat sesuai sebagai trotoar, dengan lebar yag cukup, dan letaknya yang cukup tinggi di atas aspal, seperti trotoar di terminal, sehingga tidak ada motor yang masuk ke trotoar itu. Namun ada juga jalan yang sama sekali tidak ada pedestrianya, bahkan sangat banyak. Kadang, bahu jalan penuh oleh parkiran motor. Seringkali para pedestrian kesusahan saat akan menyeberang jalan, kena padatnya kendaraan yag berlalu lalang, dan juga para pengendara di sini yang kurang begitu menghargai pedestrian.
Taman kota di Lapangan Merdeka dan di seputaran kantor gubernur cukup bagus, dengan perawatan dan berbagai hiasan, membuat warga senang untuk menghabiskan sore di sini, baik untuk olahraga, berkegiatan, ataupun sekedar nongkrong menikmati suasana kota di bawah pohon yang rindang. Apalagi di malam hari, dengan berbagai lampu yang menghiasi, menambah semaraknya kota ini.

Secara umum, masyarakat di sini baik baik. Misalnya saat saya menanyakan suatu tempat, atau cara menuju ke tempat tersebut, mereka akan menjelaskannya dengan baik, dan dengan senang hati mereka megantar atau menunjukkan tranportasi pertama yang harus saya pakai. Begitu juga saat saya harus naik angkutan atau ojek, mereka tidak meminta tarif terlalu tinggi, walaupun mereka mengetahui kalau saya masih baru datang ke kota Ambon ini.