Kamis, 01 Maret 2018

Resensi Buku: Literatur Keislaman Generasi Millenial; Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi

Resensi Buku: Literatur Keislaman Generasi Millenial; Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi - Sebenarnya gak ada niatan dari saya untuk membaca buku ini. Ketika itu, kami diperkenalkan oleh dosen sekaligus sekaligus editor buku ini pada pertemuan terakhir perkuliahan, sebelum perpisahan antara dosen-mahasiswa di akhir semester. Seperti biasa, tidak hanya sekedar memperkenalkan, tetapi beliau juga menyarankan kami semua untuk memilikinya, karena salah satu buku terbitan fakultas kami.
adheb's book
Literatur Kesilaman Generasi Millenial
Covernya cukup menarik sih, tetapi melihat judulnya saja, ada dua hal yang sekilas terlihat kontradiksi di mata saya. Pertama adalah tulisan “Generasi Millenial”, karena tulisan ini konotasi dengan anak muda jaman now yang terkenal dengan budaya online, instan, berpikir cepat, dan lebih terbuka terhadap teknlogi khususnya di bidang digital, sehingga di benak kita akan terbayang bahwa materi di dalamnya terkait generasi anak muda sekarang yang masih energik, fast thinking, dan fisioner.
Namun, di bawahnya tertulis judul pembahasannya “Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi”. Gaya bahasa ilmiah yang kental banget dengan nuansa UIN-nya, sehingga kemudian terbersit di dalam pikiran saya bahwa isi di dalamnya pasti tulisan ilmiah dengan gaya bahasa dosen UIN yang agak menjemukan jika dibaca oleh kalangan umum, karena biasanya gaya tulisannya hanya enak dinikmati oleh kalangan mahasiswa serta pergerakan, bukan kaum muda millenial yang menyukai gaya bahasa lugas.
Itulah mengapa saya jarang membaca tulisan-tulisan mereka yang menurut saya terlalu kaku, mendalam, ilmiah-is, serta agak menjenuhkan, karena saya sendiri lebih suka tulisan-tulisan dengan gaya bahasa yang mudah untuk dipahami, termasuk tulisan dari penuls islamis yang dibahas di dalam buku ini (walaupun hanya sedikit tulisan yang pernah saya baca).
Tulisan-tulisan mereka cukup mempengaruhi kebiasaan saya ketika bergabung di Rohis sewaktu SMA dulu, seperti majalah An-Nida, Tulisan dari Aa’ Gym, Asma Nadia, termasuk Habiburrahman El Shirazy sendiri, walaupun di tingkat terakhir saya memilih untuk berhenti dari Rohis karena massifnya para senior dan alumni yang mencekoki kami dengan gaya mereka yang cukup berbeda dengan kebiasaan saya, dan hal ini tidak hanya terjadi di Rohis sekolah saya, teteapi hampir di semua Rohis di SMA-SMA sekitar sekolah pada waktu itu.
Membuka lembaran-lembaran awal, ada beberapa hal yang cukup membuat saya tertarik, utamanya adalah daftar kontributor dalam penulisan ini karena di dalamnya tertulis sederet nama-nama yang saya kenal sebagai dosen yang mengajar kami di kelas.
Beberapa dari mereka selalu berujar bahwa makalah kami tdak pernah ada yang bagus, dan kami perlu mengasah tulisan kami secara terus-menerus agar lebih baik lagi, sehingga nilai yang kami terima di beberapa mata kuliah tersebut hampir semuanya jelek (maksimal menengah). Itulah, kenapa saya ingin tahu seperti apa sih gaya bahasa mereka dalam membuat tulisan. Kadang mereka juga memamerkan gaya kuliahnya ketik di luar negeri dengan referensi penulis-penulis dari luar berbahasa arab atau inggrisnya, sehingga terkesan “mengece” kami para mahasiswa dari dalam negeri.
Namun, setelah membaca lembar demi lembar tulisan-tulisan mereka di buku ini, ternyata isinya cukup menarik. Walaupun dengan gaya bahasa ilmiah, tulisan-tulisannya memiliki alur yang enak dan mudah dipahami layaknya membaca novel dengan masing-masing chapter. Yang keren di sini gaya bahasa tersebut juga memuat data-data lapangan yang apik dan sistematis, sehingga menambah cakrawala saya yang selama ini hanya mengenal penulis-penulis islamis masa kini ketika melewati jalanan depan book fair baik di UNY maupun di depan Wanitatama saat naik kedaraan saja, melalui tulisan-tulisan baliho besar di depannya. Memang, saya sendiri jarang sekali masuk ke pameran tersebut, karena kurang tertarik dengan pengisi-pengisinya. Begitu juga dengan buku-bukunya, saya sendiri kurang berminat membaca buku seperti tulisan-tulisan Salim A.Fillah, Felix Shiauw, maupun penulis-penulis islamis terbaru.
Saya sendiri menjadi agak tertarik untuk melihat tulisan-tulisan mereka setelah membaca buku ini (walaupun bukan membaca secara utuh, tetapi lebih pada ketertarikan mengetahui isi tulisan mereka), termasuk tulisan dari Edi Akhilas yang berjudul “Katanya Pacaran itu Haram Ya? Putusin Enggak Ya?” yang dibahas oleh salah satu penulis di dalam buku ini sebagai counter dari bukunya Felix Shiauw tentang “Udah, Putusin Aja”, walaupun buku itu tidak booming seperti bukunya Felix Shiauw ini.
Bukan karena saya tidak begitu suka novel ataupun tulisan gaya millenial, tetapi keingintahuan saya terhadap buku yang ditulis dengan gaya bahasa millennial ini, sehingga terasa berimbang dalam mengcounter tulisan Felix dengan gaya bahasa yang sama, yatu gaya bahasa anak millenial.
Jika kalian ingin melihat persebaran penjualan buku maupun toko-toko buku islamis dengan aliran yang khas dari masing-masing di beberapa kota di Indonesia, cukup dengan membaca buku ini kita bisa membayangkan seperti apa pesebaran penjualan seta konsumen-konsumen buku islamis yang dibaca di Indonesia ini. Bahkan kita bisa melihat peta kampus-kampus dengan mayoritas aliran yang mereka (Lembaga Dakwah Kampus) anut berdasarkan penerbit-penerbit, toko buku, termasuk buku-buku yang paling laris di seputaran wilayah tersebut.
Buku ini cukup memahamkan saya yang masih awam tentang tulisan islamis di Indonesia sekarang ini, dengan memaparkan masing-masing aliran serta referensi yang mereka pakai di masing-masing wilyaha. Teringat saat kuliah terakhir yang membahas tentang Dynasti Utsmani, khuusnya pada masa pemerintahan Al-Fatih dan Raja Salim. Mengomentari tulisan Felix Shiauw tentang kepemimpinan Al-Fatih, mengingat buku tersebut adalah buku motivasi, maka wajar jika isi yang dibahas adalah seputar kelebihan dan keperkasaan Fatih selama menjadi raja. Namun, sebagai seorang akademis kita tahu bahwa di setiap pemerintahan pasti ada pro-kontra dengan kelemahan-kelemahannya. Begitu pula pro-kontra di masa kepemimpinan Al-Fatih, yang tidak diungkapkan di buku tersebut, yang dibahas di kelas kami mengenai kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Utsmani tersebut.
Walaupun rata-rata tulisna di dalam buku ini mengalir dan mudah untuk dipahami oleh pembaca, namun ada salah satu tulisan di dalam buku yang terkesan garing, karena isinya hanya seperti laporan penelitian dan tidak diedit seperti tulisan/ jurnal yang bisa dengan mudah untuk dipahami oleh khalayak. Selamat membaca..