Rabu, 28 Agustus 2019

Wisata Curup, Menikmati Pesona Alam Way Kanan Lampung


Melakukan perjalanan ke Way Kanan, sebuah kabupaten di Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Sumatera Selatan ini gak afdol kalau kita gak mengunjungi objek wisata andalan di sini. Kabupaten dengan kontur perbukitan ini mempunyai banyak curup atau air terjun dengan beragam ketinggian yang masih asri, dari yang paling mudah dijangkau hingga dengan medan terjal dan harus berjalan kaki untuk menyusurinya. Tetapi sebagian besar curup di sini sudah relatif terjangkau, khususnya bagi para wisatawan yang ingin melihat keindahan alamnya. Saya hanya menyempatkan untuk mengunjungi tiga curup pada kesempatan perjalanan kali ini, untuk melihat pesona alam yang terkenal dengan julukan ‘negeri 1001 air terjun’ di bumi Lampung ini.

Curup Kereta
Lokasinya masih di Blambangan Umpu yang menjadi ibukota Kabupaten Way Kanan, sekitar tujuh kilometer dari jalan utama. Dari Simpang Negeri Agung, kalian ambil arah ke Kasui Pasar lalu belok kanan sebelum memasuki Kecamatan Kasui, tepatnya di kampung Gistang. Untuk menuju ke Curup Kereta yang terletak di Kampung Rembang Jaya, Kecamatan Blambangan Umpu ini tidak terlalu sulit karena akses jalan sudah beraspal. Hanya sekitar satu kilometer sebelum tiba di lokasi saja yang masih berupa jalan keras. Namun kita dapat parkir kendaraan sampai ke pintu masuk lokasi wisata, dengan areal lahan yang sangat luas ini. Tidak sampai lima menit jalan kaki dari tempat parkir, kita sudah bisa sampai air terjun yang sudah dikelola dengan bagus ini.
potone adheb
Pemandangan Curup Kereta di Siang Hari
Bentuk curup kereta tidak terlalu tinggi seperti curup biasanya, tetapi melebar dengan ketinggian hanya sekitar 5 meter saja. Ada sekitar 5 aliran air yang berjajar di sepanjang lereng dengan lebar sekitar 20 meter itu. Beberapa anak terlihat bermain air, karena cukup aman dengan kondisi air yang tidak terlalu dalam. Bahkan sebagian terjun bebas dari atas curup yang tidak terlalu tinggi, membuat saya ingin cepat-cepat ikutan mandi.

Jika lelah, kalian bisa beristirahat di shelter yang sengaja dibuat untuk tempat isrirahat para wisatawan. Ada cukup banyak shelter di sini, dengan semilir angin yang sepoi-sepoi saat siang tiba, membuat saya tertidur sementara itu. Ada juga spot foto, bagi kalian yang ingin berfoto dari pohon dengan latar indahnya curup ini. Berbagai fasilitas juga disediakan di area wisata ini seperti flying fox, camping ground, serta beberapa permainan outbond yang lumayan banyak.

Curup Gangsa
Untuk menuju ke sini, kita masih melalui jalan yang sama seperti saat menuju ke Curup Kereta tadi. Dari Blambangan Umpu, kita lurus saja menuju ke Kecamatan Kasui mengikuti jalan aspal. Dari Kasui, masih lanjut menuju Dusun Tanjung Raya, Desa KotaWay di ujung kecamatan ini. Jalan di sini sudah bagus, tetapi ketika dari kecamatan Kasui kita harus melewati beberapa aspal yang sudah rusak terlebih dahulu.
potone adheb
Pemandangan Curup Gangsa dari Sungai
Begitu sampai dan parkir kendaraan, kita akan melihat air terjun yang menjulang tinggi, karena letak parkir berada di bagian atas. Dari situ, kita harus menuruni anak tangga yang cukup banyak dan berkelok-kelok untuk menuju lokasi air terjun. Tetapi jangan takut, karena selama perjalanan ada banyak spot instagramable yang bisa kita manfaatkan untuk berfoto, seperti tulisan-tulisan atau gubug yang tersedia di beberapa tempat untuk istirahat sambil berfoto ria. Bahkan ada juga top selfie dari bambu, khsus buat kalian yang ingin berfoto dengan latar air terjun.

Semburan air cukup deras, ketika saya mencoba mendekati curup dengan ketinggian hampir 50 meter ini. Sungguh luar biasa pesonanya dengan hamparan bebatuan besar yang timbul di sepanjang aliran sungai selebar sekitar 20 meter ini. Di sini, beberapa pengunjung sedang menikmati air sambil mandi dan duduk di bebatuan ketika saya mendekat. Di sebelah kiri terdapat jembatan bambu berwarna kuning dengan anyaman yang cukup menawan untuk tempat berfoto. Namun, kalian harus membayar dua ribu rupiah untuk menyeberanginya. Cukup lama berjalan-jalan, saya istirahat sebentar di gubug dekat jembatan bambu, sambil menikmati gemericik air dari Curup Gangsa yang menjulang tinggi di depan sana.

Air terjun Curup Gangsa bersumber dari patahan Sungai Way Tangkas yang mengalir dari Bukit Punggur melalui beberapa desa di Kasui seperti Tanjung Kurung dan Lebak Peniangan, tepatnya berada di bawah kaki Bukit Dusun Tanjung Raya. Konon, nama ‘Gangsa’ berasal dari legenda masyarakat setempat yang berarti gemerincing air terjun ini bagaikan suara seruling Gangsa, seruling bambu yang biasa digunakan oleh masyarakat pada masa lalu.

Curup Putri Malu
Pada awalnya saya tidak begitu tertarik untuk menuju curup yang harus ditempuh dengan medan yang cukup susah ini. Namun salah satu teman malah tertarik begitu mendengar lokasinya yang masih asri dan terpencil, dengan akses yang lumayan susah ditempuh untuk menuju ke lokasi. Akibat ketertarikan dan rasa penasarannya, saya jadi ikut  terbawa untuk mengunjungi curup yang menurut saya paling asri dan alami, menjadi surga tersembunyi di pelosok wilayah kabupaten ini.
potone adheb
Keindahan Curup Putri Malu
Wajar saja, wisata ini termasuk ke dalam wisata alternatif karena lokasinya yang cukup pelosok. Terletak di kampung Juku Batu, Kecamatan Banjit, curup ini sangat jauh dari pemukiman warga. Dari Baradatu saya mengambil arah ke Kecamatan Banjit, lalu menuju ke Kampung Juku Batu. Ketika melewati gapura masuk, alangkah terkejutnya saat bertanya ke warga, karena jarak yang harus ditempuh masih sekitar delapan kilometer lagi dengan jalan pegunungan naik-turun. Dengan nekat saya tetap melanjutkan perjalanan melewati bukit-bukit tajam nan curam dengan rasa was-was. Beruntung, karena perjalanan kami waktu itu di musim kemarau, sehingga jalan yang kami lalui hanya berdebu tanpa harus terpeleset licinnya jalan ketika musim hujan tiba.

Setengah jam perjalanan dari gapura, kita sampai di rumah paling ujung. Di sana kami menitipkan kendaraan dan harus berjalan kaki sekitar satu kilometer menuju curug karena jembatan terakhir sedang diperbaiki. Di sini ada banyak rumah yang terlihat hanya sebagai pondok mereka ketika menggarap kebun. Biasanya terdapat tempat parkir yang terletak di ujung jalan sebelum tiba di area curup, ketika jembatan bisa dilalui. Kali ini kami harus jalan kaki turun ke sungai terlebih dahulu, dan kembali lagi ke jalan utama karena perbaikan jembatan yang sama sekali tidak bisa kami lewati.

Sebelum sampai ke curup, kami menjumpai beberapa gubug cukup besar yang terbuat dari potongan kayu dari sekitar lokasi. Cukup kreatif memang, karena warga menggunakan bahan lokal dikala akses menuju ke luar cukup susah. Begitu sampai ke curup, saya disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah. Air terjun yang cukup tinggi menjulang di depan mata, dengan deburan air yang menunjam ke bawah. Gemuruh air terdengar begitu keras menumpahkan isinya ke bawah, membuat suasana semakin alami dengan pemandangan hijau penuh tumbuhan di sekeliling curup yang terletak di dalam pegunungan ini. Lengkungan air terjun ini bentuknya menyerupai punggung manusia yang sedang mandi, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai air terjun putri malu.