Selasa, 05 Mei 2020

Teknik Navigasi Darat (Bag 4) Teknik Peta dan Kompas

1. Orientasi Peta / Medan
Orientasi Medan pada adalah menyamakan kedudukan (apa yang digambarkan) di peta, dengan kondisi medan yang sebenarnya. cara ini sangat membantu dalam ilmu navigasi sehingga kita dapat menentukan posisi kita dengan tanpa membidik kompas. Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai, tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam  yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta. Untuk  keperluan praktis , utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. 
ormed
Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
  • Cari tempat yang terbuka, agar terlihat tanda medan yang jelas
  • Letakkan peta di bidang datar
  • Samakan antara utara peta dengan utara kompas, dengan cara meletakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian, letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
  • Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling anda dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan yang ada.
  • Ingat tanda medan itu, bentuk dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

2. Resection
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam  yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak setiap tanda medan harus selalu dibidik.

Langkah-langkah resection :
  • Lakukan orientasi peta/medan
  • Cari tanda medan yang mudah dikenali di medan sebenarnya dan di peta, minimal 2 buah titik
  • Bidik tanda medan tersebut dengan  kompas, dan perhatikan derajat yang dihasilkan dari bidikan tersebut, back azimuthkan hasil dari bidikan tadi
  • Lakukan untuk 2 tanda medan atau lebih, agar hasil yang kita dapatkan lebih akurat
  • Pindahkan hasil tersebut ke sudut peta
  • Tarik garis lurus 2 atau lebih objek tersebut dengan protactor
  • Perpotongan 2 garis tersebut akan menghasilkan posisi dimana kita berada
  • Untuk melakukan pengecekan kita gunakan orientasi medan dengan peta

 3. Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Teknik intersection ini digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat di lapangan, pada teknik ini kita harus yakin dahulu posisi kita di peta. 

Langkah-langkah intersection adalah :
  • Lakukan orientasi peta/medan
  • Tentukan posisi kita di peta
  • Bidik obyek sasaran kita
  • Pindahkan sudut kompas ke sudut peta
  • Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, ulangi langkah di atas
  • Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut/ lebih yang didapat adalah posisi obyek sasaran di peta.

4. Plotting Peta
Plotting Peta adalah menggambar garis, titik, atau tanda tertentu ke dalam peta. 
Misalnya :
  • Lembah atau sungai kita gambar dengan garis warna biru
  • Jalan setapak kita gambar dengan garis warna kuning
  • Punggungan, kita gambar dengan garis warna hijau
  • Lintasan perjalanan, kita gambar dengan garis warna merah
  • Garis resection, kita gambar dengan pensil
Namun, plotting peta ini, di tempat saya  tidak semuanya dipakai.
Yang sering dipakai adalah :
  • Lintasan perjalanan, sebelum melakukan perjalanan kita melakukan plotting lintasan perjalanan yang akan kita lalui, dengan garis putus-putus. 
  • Garis bidikan, biasanya setelah kita melakukan bidikan, baik resection, maupun intersection, kita menggarisnya menggunakan pensil.
  • Realisasi perjalanan yang dilakukan setelah kita tiba di tempat tujuan, yaitu garis lintasan realisasi perjalanan sebenarnya yang kita tempuh, karena dalam melakukan perjalanan kita tidak selalu sama dengan plotting lintasan perjalanan yang kita buat, karena adanya berbagai rintangan yang ada selama perjananan yang tidak kita ketahui. Realisasi perjalanan ini dibuat dengan garis lurus, dari titik sebelumnya menuju titik terakhir kita. 
Fungsi dari plotting peta yaitu :
  • Sebagai perencanaan perjalanan dari titik awal, hingga titik akhir
  • Untuk mempermudah dalam memahami medan
  • Agar posisi kita bias terkontrol sewaktu-waktu.
  • Agar kita mengetahui dan memahami hambatan-hambatan kita di dalam melakukan perjalanan.

5. Analisa Perjalanan
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

Jarak   
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal.  Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk  memperoleh jarak sebenarnya. Untuk lintasan yang lurus, maka bisa menggunakan penggaris untuk kemudian diperhitungkan dengan skala peta.
Sedangkan untuk lintasan yang berbelok, dapat dilakukan dengan menggunakan benang, dengan memposisikan benang tersebut sesuai dengan lintasan yang berliku-liku, kemudian dibentangkan, dan diukur dengan penggaris, untuk diperhitungkan dengan skala yang ada.
Namun, cara yang paling mudah yaitu dengan menggunakan alat ukur yang bernama kurvi meter. Alat ini berbentuk seperti roda, dan cara memakainya tinggal kita jalankan alat ini (seperti menjalankan roda) mengitari lintasan dari ujung awal hingga ujung akhir lintasan, setelah itu kita lihat hasil yang tertera di dalamnya. Namun, sebelum menjalankannya, kita harus mengesetnya terlebih dahulu, dengan menyamakan skala yang ada di kurvimeter dengan skala peta yang kita pakai. Yang paling umum adalah skala 1:25.000 dan 1:50.000. Biasanya, alat ini menempel menjadi satu di pinggir kompas. 

Waktu  
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan. Dalam memperkirakannya, kita tidak hanya perpatokan pada jarak lintasan dengan skala yang ada, tetapi kita juga harus mempertimbangkan hal-hal lain, seperti: lama waktu yang kita butuhkan untuk melakukan orientasi medan, untuk kita istirahat, makan, dan lain sebagainya. Sehingga kita bisa lebih mempertajam analisa perjalanan kita dari awal hingga titik berikutnya/ hingga titik terakhir. 
Ada sebuah teori untuk memperkirakan waktu tempuh, yang bernama aturan Naismith/teori Naismith. Dalam teori ini, kecepatan rata-rata orang berjalan di medan datar sejauh 5-6 km/jam, sedangkan untuk tanjakan, sekitar 600m per jam. Tetapi, dalam memperkirakan waktu, sebaiknya kita mengacu pada pengalaman kita masing-masing, karena yang lebih paham akan kondisi dan kekuatan kita adalah diri kita masing-masing.

Tanda medan 
Kita dapat mempertajam analisa perjalanan kita dengan memanfaatkan tanda medan yang ada, seperti bukit, punggungan, lembah, maupun sungai yang akan kita lewati, sehingga perjalanan yang akan kita lalui terasa ringan. Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.  
Bila kita menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.
Update terus peta yang akan kita pergunakan. Semakin baru peta yang kita pakai, maka semakin akurat data yang ada. Misalnya saja, jika kita memakai peta lereng selatan merapi antara tahun 1984 dengan peta tahun 2008, maka akan terasa sekali perbedaan yang ada, apalgi dengan peta yang terbaru, yaitu peta setelah erupsi merapi tahun 2010. Maka, akan terlihat banyak perubahan-perubahan yang terjadi.

6. Mengetahui Ketinggian Suatu Tempat
Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat secara manual dapat dilakukan dengan melihat terlebih dahulu interval peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin kita ketahui, memang ada rumusan umum interval kontur= 1/2000 skala peta. Tetapi, rumus ini tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 m) , tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 1:25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter.  
Pada suatu kondisi tertentu yang mendesak, misalnya  SAR gunung hutan, sering kali peta diperbanyak dengan cara di foto kopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus tetap ditulis. Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 meter, atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 meter. peta keluaran Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya. Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal.  

Macam-macam garis ketinggian antara lain :
  1. Garis ketinggian sebenarnya, yang diukur dari permukaan air laut relative/ rata rata (MDPL).
  2. Garis ketinggian nisbi, yang diukur dari suatu tempat yang telah diketahui tingginya. 

Bila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat dengan cara :  
  • Cari 2 titik berdekatan yang nilainya tercantum  
  • Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama  harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).  Dengan mengetahui selisih ketinggian kedua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang didapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus me rupakan bilangan bulat).  
  • Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada diatas titik, maka nilai kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. bila kontur terletak dibagian bawah, nilainya lebih kecil). Hitung nilai kontur terdekat itu yang merupakan kelipatan darinilai interval kontur yang telah diketahui dari perhitungan sebelumnya, lakukan perhitungan diatas beberapa kali sampai yakin dri nilai yang didapat untuk setiap kontur.
  • Cantumkan nilai beberapa kontur pada peta anda agar mudah mengingatnya.  

Selain dari garis kontur, kita dapat dapat mengetahui  tinggi suatu tempat dengan bantuan titik ketinggian, misalnya seperti titik Triangulasi , yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

Macam titik triangulasi :
Primer : P.14/3120   
Kuarter : Q.20/1350  
Sekunder : S.75/1750   
Tersier : T.16/975
Namun, untuk mempermudah melihat ketinggian suatu tempat, kita bisa juga menggunakan alat seperti GPS, maupun altimeter. Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. 
Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta. Altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter yaitu bahwa setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti. Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur. Prinsip kerjanya berdasarkan tekanan udara. 

7. Koreksi sudut  
Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu :  
A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)  
B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)   
Keterangan:  
Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)  
= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat 
tanda (+)  
Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)  
=tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.  

Contoh Perhitungan:  
Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ke timur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?  
P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase  
besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit  = 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)  
sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)  = 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.