Melakukan perjalanan ke Way Kanan, sebuah kabupaten di Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Sumatera Selatan ini
gak afdol kalau kita gak mengunjungi objek wisata andalan di sini. Kabupaten
dengan kontur perbukitan ini mempunyai banyak curup atau air terjun dengan
beragam ketinggian yang masih asri, dari yang paling mudah dijangkau hingga dengan
medan terjal dan harus berjalan kaki untuk menyusurinya. Tetapi sebagian besar curup
di sini sudah relatif terjangkau, khususnya bagi para wisatawan yang ingin
melihat keindahan alamnya. Saya hanya menyempatkan untuk mengunjungi tiga curup
pada kesempatan perjalanan kali ini, untuk melihat pesona alam yang terkenal
dengan julukan ‘negeri 1001 air terjun’ di bumi Lampung ini.
Curup Kereta
Lokasinya masih di Blambangan
Umpu yang menjadi ibukota Kabupaten Way Kanan, sekitar tujuh kilometer dari
jalan utama. Dari Simpang Negeri Agung, kalian ambil arah ke Kasui Pasar lalu
belok kanan sebelum memasuki Kecamatan Kasui, tepatnya di kampung Gistang.
Untuk menuju ke Curup Kereta yang terletak di Kampung Rembang Jaya, Kecamatan
Blambangan Umpu ini tidak terlalu sulit karena akses jalan sudah beraspal. Hanya
sekitar satu kilometer sebelum tiba di lokasi saja yang masih berupa jalan
keras. Namun kita dapat parkir kendaraan sampai ke pintu masuk lokasi wisata, dengan
areal lahan yang sangat luas ini. Tidak sampai lima menit jalan kaki dari
tempat parkir, kita sudah bisa sampai air terjun yang sudah dikelola dengan
bagus ini.
Pemandangan Curup Kereta di Siang Hari |
Bentuk curup kereta tidak terlalu
tinggi seperti curup biasanya, tetapi melebar dengan ketinggian hanya sekitar 5
meter saja. Ada sekitar 5 aliran air yang berjajar di sepanjang lereng dengan
lebar sekitar 20 meter itu. Beberapa anak terlihat bermain air, karena cukup
aman dengan kondisi air yang tidak terlalu dalam. Bahkan sebagian terjun bebas
dari atas curup yang tidak terlalu tinggi, membuat saya ingin cepat-cepat ikutan mandi.
Jika lelah, kalian bisa
beristirahat di shelter yang sengaja dibuat untuk tempat isrirahat para
wisatawan. Ada cukup banyak shelter di sini, dengan semilir angin yang
sepoi-sepoi saat siang tiba, membuat saya tertidur sementara itu. Ada juga spot
foto, bagi kalian yang ingin berfoto dari pohon dengan latar indahnya curup
ini. Berbagai fasilitas juga disediakan di area wisata ini seperti flying fox,
camping ground, serta beberapa permainan outbond yang lumayan banyak.
Curup Gangsa
Untuk menuju ke sini, kita masih
melalui jalan yang sama seperti saat menuju ke Curup Kereta tadi. Dari
Blambangan Umpu, kita lurus saja menuju ke Kecamatan Kasui mengikuti jalan
aspal. Dari Kasui, masih lanjut menuju Dusun Tanjung Raya, Desa KotaWay di
ujung kecamatan ini. Jalan di sini sudah bagus, tetapi ketika dari kecamatan Kasui
kita harus melewati beberapa aspal yang sudah rusak terlebih dahulu.
Pemandangan Curup Gangsa dari Sungai |
Begitu sampai dan parkir
kendaraan, kita akan melihat air terjun yang menjulang tinggi, karena letak
parkir berada di bagian atas. Dari situ, kita harus menuruni anak tangga yang
cukup banyak dan berkelok-kelok untuk menuju lokasi air terjun. Tetapi jangan
takut, karena selama perjalanan ada banyak spot instagramable yang bisa kita
manfaatkan untuk berfoto, seperti tulisan-tulisan atau gubug yang tersedia
di beberapa tempat untuk istirahat sambil berfoto ria. Bahkan ada juga top
selfie dari bambu, khsus buat kalian yang ingin berfoto dengan latar air
terjun.
Semburan air cukup deras, ketika
saya mencoba mendekati curup dengan ketinggian hampir 50 meter ini. Sungguh
luar biasa pesonanya dengan hamparan bebatuan besar yang timbul di sepanjang
aliran sungai selebar sekitar 20 meter ini. Di sini, beberapa pengunjung sedang
menikmati air sambil mandi dan duduk di bebatuan ketika saya mendekat. Di sebelah
kiri terdapat jembatan bambu berwarna kuning dengan anyaman yang cukup menawan
untuk tempat berfoto. Namun, kalian harus membayar dua ribu rupiah untuk
menyeberanginya. Cukup lama berjalan-jalan, saya istirahat sebentar di gubug
dekat jembatan bambu, sambil menikmati gemericik air dari Curup Gangsa yang
menjulang tinggi di depan sana.
Air terjun Curup Gangsa bersumber
dari patahan Sungai Way Tangkas yang mengalir dari Bukit Punggur melalui
beberapa desa di Kasui seperti Tanjung Kurung dan Lebak Peniangan, tepatnya
berada di bawah kaki Bukit Dusun Tanjung Raya. Konon, nama ‘Gangsa’ berasal
dari legenda masyarakat setempat yang berarti gemerincing air terjun ini
bagaikan suara seruling Gangsa, seruling
bambu yang biasa digunakan oleh masyarakat pada masa lalu.
Curup Putri Malu
Pada awalnya saya tidak begitu
tertarik untuk menuju curup yang harus ditempuh dengan medan yang cukup susah
ini. Namun salah satu teman malah tertarik begitu mendengar lokasinya yang
masih asri dan terpencil, dengan akses yang lumayan susah ditempuh untuk menuju
ke lokasi. Akibat ketertarikan dan rasa penasarannya, saya jadi ikut terbawa untuk mengunjungi curup yang menurut
saya paling asri dan alami, menjadi surga tersembunyi di pelosok wilayah
kabupaten ini.
Keindahan Curup Putri Malu |
Wajar saja, wisata ini termasuk ke
dalam wisata alternatif karena lokasinya yang cukup pelosok. Terletak di
kampung Juku Batu, Kecamatan Banjit, curup ini sangat jauh dari pemukiman warga. Dari Baradatu saya mengambil arah ke Kecamatan Banjit, lalu menuju ke Kampung
Juku Batu. Ketika melewati gapura masuk, alangkah terkejutnya saat bertanya ke
warga, karena jarak yang harus ditempuh masih sekitar delapan kilometer lagi dengan
jalan pegunungan naik-turun. Dengan nekat saya tetap melanjutkan perjalanan
melewati bukit-bukit tajam nan curam dengan rasa was-was. Beruntung, karena perjalanan
kami waktu itu di musim kemarau, sehingga jalan yang kami lalui hanya berdebu
tanpa harus terpeleset licinnya jalan ketika musim hujan tiba.
Setengah jam perjalanan dari
gapura, kita sampai di rumah paling ujung. Di sana kami menitipkan kendaraan
dan harus berjalan kaki sekitar satu kilometer menuju curug karena jembatan
terakhir sedang diperbaiki. Di sini ada banyak rumah yang terlihat hanya
sebagai pondok mereka ketika menggarap kebun. Biasanya terdapat tempat parkir
yang terletak di ujung jalan sebelum tiba di area curup, ketika jembatan bisa dilalui. Kali ini kami harus jalan kaki
turun ke sungai terlebih dahulu, dan kembali lagi ke jalan utama karena
perbaikan jembatan yang sama sekali tidak bisa kami lewati.
Sebelum sampai ke curup, kami
menjumpai beberapa gubug cukup besar yang terbuat dari potongan kayu dari
sekitar lokasi. Cukup kreatif memang, karena warga menggunakan bahan lokal
dikala akses menuju ke luar cukup susah. Begitu sampai ke curup, saya disuguhi
oleh pemandangan yang sangat indah. Air terjun yang cukup tinggi menjulang di
depan mata, dengan deburan air yang menunjam ke bawah. Gemuruh air terdengar
begitu keras menumpahkan isinya ke bawah, membuat suasana semakin alami dengan
pemandangan hijau penuh tumbuhan di sekeliling curup yang terletak di dalam
pegunungan ini. Lengkungan air terjun ini bentuknya menyerupai punggung manusia
yang sedang mandi, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai air terjun putri
malu.
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.