Bagi seorang yang hobi mendaki,
sudah menjadi hal yang lumrah jika ingin lebih mengeksplore gunung karena
keindahannya, karena jalurnya yang gak biasa, menantang, atau ciri khas suatu
track yang berbeda dengan jalur lain untuk mencapai puncak di gunung yang sama.
Mungkin, saya adalah salah satu orang yang suka mencoba merasakan keindahan
gunung-gunung, khususnya di seputaran Jawa Tengah ini. Walaupun belum semua
gunung di Jawa Tengah pernah saya daki, tetapi saya sudah merasakan sebagian
besar puncak yang ada di kawasan Jawa Tengah ini, dan selalu ingin untuk mencoba merasakan pendakian melalui jalur baru yang berbeda. Merasakan kekhasan
tracknya, dan juga keramahan warga beskem di setiap jalur yang berbeda.
Suasana di Puncak Gunung Kembang |
Bagi seorang pemula, bahkan sebagian
besar pendaki tujuan utama mereka adalah untuk mengeksplore keindahan alam yang
ada di wilayah itu. Biasanya sih spot puncak yang menjadi favorit utama, dengan
latar pegunungan, awan, atau pemandangan yang berbeda sebagai pengalaman
pendakian pertama, atau pendakian ke sekian kalinya agar kelak bisa
diceritakan ke temen atau lewat status yang bisa langsung dibagikan ke kawan
lain. Wajar sih, karna itu suatu reward atas usaha kita setelah melakukan
pendakian cukup panjang, capek, dan melelahkan yang belum tentu akan bisa
terulang kembali.
Sampai sekarang belum banyak gunung
yang mempunyai misi untuk mengedukasi
para pendaki, khususnya pemula tentang Tata Cara Mendaki Yang Baik. Bukan
melalui tutorial, bukan lewat youtube, atau sekedar ilmu dan materi yang kita
serap tanpa mengaplikasikan di ruang yang sebenarnya, tetapi lewat pengalaman
langsung dengan pemahaman-pemahaman dan sanksi nyata. Sesekali kalian perlu
mencoba pendakian Gunung Kembang Via Blembem agar tahu tata cara pendakian yang
edukatif secara langsung dan nyata, sebagai bekal kalian untuk melakukan pendakian
selanjutnya.
Pengalaman pendakian
via Blembem ini suatu hal yang sangat penting bagi pendaki pemula,
karena belum ada satu gunungpun yang saya temui, mempunyai misi pendakian yang
cukup edukatif seperti jalur Blembem ini. Mungkin beberapa gunung sudah mengelola pendakian secara professional atau online. Namun, jika
pengelolaannya dilakukan secara edukatif, saya yakin belum begitu banyak yang
melakukannya. Yang saya tahu, baru
Gunung Gede Pangrango yang melarang penggunaan botol air mineral untuk dibawa
ke atas. Saya belum tahu gunung lainnya, karena selama melakukan
pendakian, belum ada satupun gunung yang saya jumpai melakukan screening logistik
secara ketat, termasuk pemahaman mengenai sampah yang akan timbul dari barang
bawaan para pendaki.
Berbeda dengan Gunung Kembang ini,
yang banyak disebut sebagai anak dari Gunung Sumbing. Di sini kalian akan
diajari bagaimana menjaga dan merawat gunung kita agar tetap asri. Saya sendiri
sudah setahun yang lalu mendengar tentang kebersihan dan keistimewaan pendakian
gunung via Blembem ini. Sebelumnya, satu setengah tahun yang lalu salah satu
teman, theslackerhiker pernah mereview gunung ini ketika baru saja dibuka,
namun belum seketat saat saya melakukan pendakian kemarin.
Semua penjaga yang berasal dari
berbagai komunitas begitu ramah saat menjelaskan secara detail prosedur
pendakian lewat beskem yang berada di tengah-tengah kebun teh ini. Sebelum
registrasi, kita diwajibkan untuk mencatat semua barang yang mengandung plastik, kaleng, senjata tajam dan beberapa barang lain yang membutuhkan waktu lama
untuk terurai. Kita akan diberikan selembar kertas checklist untuk kita isi
secara detail. Kalau perlu jenis logistiknya kita tulis agar nanti saat turun
mudah untuk melaporkan kembali. Termasuk pula saat saya membawa sebungkus rokok
yang tinggal sepuluh batang, karena saat turun nanti tidak boleh sebatang puntung
rokokpun yang tertinggal di atas. Jika ada salah satu yang tertinggal, maka
kalian akan kena denda sebesar 1.025.000,- rupiah, atau kalian akan diminta
naik ke puncak kembali untuk mencari barang tersebut seperti salah satu pendaki
yang kehilangan bungkus sachet kopinya saat saya turun. Denda sudah
terpampang jelas di beberapa sudut agar setiap pedaki bisa membacanya dengan
mudah. So, kalian tak bisa mengelak jika ada satu barang yang hilang dari
daftar check list mu saat turun nanti.
Ada beberapa hal yang dilarang,
seperti membawa tissue basah. Beberapa gunung sudah
menerapkan hal ini. Termasuk saya sendiri yang sudah menghilangkan tissue basah
dari daftar bawaan dalam setahun terakhir ini. Pendaki
juga dilarang untuk camp di area hutan, dan hanya diperbolehkan camp mulai dari
sabana sampai puncak. Itu artinya, kalian harus berjalan sekitar 3 jam terlebih
dahulu, baru bisa mendirikan tenda. Di Sabana hanya bisa didirikan sekitar 10
tenda, karena medannya yang relatif terjal. Namun, jika kalian bisa sampai ke
puncak yang hanya berjarak setengah jam dari Sabana, kalian akan dapat
mendirikan tenda dengan nyaman karena kontur di puncak lumayan datar dan dapat
didirikan tenda dengan kapasitas lebih dari 100 buah. Sangat jarang pendaki
yang mendirikan tenda selain di puncak, kecuali mereka sangat kelelahan saat
perjalanan. Saat ngecamp, kalian dilarang untuk membuat api ungguan karena
berpotensi untuk terjadi kebakaran. Begitu juga, dilarang menyalakan kembang
api sebagai euphoria seperti yang biasa dilakukan di kota ketika tahun baru.
Jika melanggar salah satu item tersebut, denda siap-siap menghampiri anda.
Botol air mineral dilarang keras
untuk dibawa naik karena berpotensi untuk tertinggal di atas. Tetapi jangan
khawatir, karena disini disediakan jerigen dan botol air minum semacam tumbler
dengan stok yang cukup banyak, yang siap menampung air anda ketika naik. Saya
memang berniat untuk menyewa jerigen 5 literan dengan biaya 10 ribu rupiah. Tetapi
ketika turun, saya masih dapat menukarkan jerigen tersebut dan dengan kembalian
8 ribu rupiah. Artinya, kalian hanya perlu membayar 2 ribu rupiah untuk menyewa
jerigen air tersebut. Sama sekali bukan sesuatu hal yang terlihat mahal atau
diaggap sebagai mencari keuntungan, karena sudah ada biaya untuk alokasi beskem
sebesar 5 ribu rupiah per pendaki. Dengan biaya tersebut, kalian mendapatkan
berbagai fasilitas seperti trashbag, plastik, musholla, toilet, bahkan cas
gratis di lokasi. Air bersih juga sudah tersedia di samping rumah secara free. Sebagai
seorang perokok, saya ambil satu botol bekas yang sudah disiapkan untuk
menampung puntung rokok, agar tidak tercecer tanpa biaya.
Penjaga beskem menyarankan saya untuk
mengambil trashbag dan juga plastik saat dia mengetahui di carrier saya tidak
terdapat trashbag ketika checklist barang bawaan. Saya mengambil 2 buah
trashbag gratis untuk saya bagi dengan teman. Bayangin aja, jika kalian membeli
trashbag secara eceran, harganya 2-3 ribu, dan disini kalian dapat secara
gratis. Memang, pendakian kali ini saya tidak memakai trashbag seperti biasa, karena
selain kemarau cuaca cukup cerah ketika saya lihat keadaan cuaca baik di langit atau di aplikasi handphone sebelum berangkat.
Setelah semua logistik dicheck list,
kami menuju tempat registrasi dan menyerahkan kartu identitas. Gak mahal sih, karena saya
hanya membayar sebesar 25.000 dengan rincian 15 ribu untuk tiket, 5 ribu untuk
biaya pengelolaan beskem, serta 5 ribu untuk biaya parkir motor. Bahkan jika
kalian ingin lebih cepat, klain bisa naik tayo yang disediakan hinga pos 1
(Kandang Celeng) dengan biaya 20 ribu rupiah. Nanti kalian akan dapat voucher
menarik yang dapat ditukarkan di beskem, berupa satu paket teh khas Tambi ini.
Saya sih lebih memilih untuk berjalan
kaki, sambil merasakan indahnya pemandangan kebun teh selama satu jam
perjalanan ini, walaupun pulangnya memilih untuk naik tayo karna bujukan teman. Setelah pos Kandang Celeng kalian hanya akan menemui hutan belukar dengan track yang cukup
terjal sampai ke puncak. Sebagian besar sih mengatakan jika jalur ini cukup
sadis, karena jarang sekali bonus untuk kita beristirahat. Namun tenang aja,
karena di setiap jalur terdapat tanda agar kita tidak tersesat, termasuk tali
di beberapa tanjakan yang cukup membantu pendaki dengan medan yang curam.
Selamat mencoba wisata edukasi,
yang baru pertama kali saya rasakan di dalam pendakian gunung ini.
Mari mendaki dengan bijak…
Mari mendaki dengan bijak…
Hal-hal yang dilarang :
membawa tisu basah
mendirikan tenda di hutan
membawa botol air mineral kemasan
membuat api unggun
menyalakan kembang api
meninggalkan sampah anorganik
masuk kawasan tanpa ijin
menebang pohon
membawa senjata tajam lebih dari
20 cm
membawa senjata api
membawa alat musik/speaker
membawa minumn keras
memetik edelweis
jika melanggar, maka denda
sebesar 1.025.000,- per item
Jalur :
Beskem- Kandang Celeng : 1 jam
(sekarang tidak melewati istana katak)
Kandang Celeng Pos Liliput : 30
menit
Pos Liliput – Simpang 3 : 15 menit
Simpang 3 – Pos Akar : 15 menit
Pos akar – Sabana : 30 menit
Sabana- Tanjakan Mesra : 15 menit
Tanjakan Mesra – Puncak : 15
menit
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus