Masjid Tua Palopo - Secara tidak sengaja, dalam artian sama sekali tidak ada
niatan untuk melihat masjid ini sebenarnya. Saat saya akan berlibur ke Toraja,
dari tempat kami di Luwu. Setelah makan pagi di Palopo, dan melanjutkan
perjalanan, kami melintasi masjid Palopo ini. Saat itu pula, kita sepakat
berhenti dan mampir sejenak untuk melihat Masjid Tertua di Palopo ini.
Masjid Palopo |
Setelah meminta ijin untuk melihat masuk k dalam masjid,
langsung saja kami mengelilingi setiap bagian masjid bercorak China-Vietnam
ini. Tak berapa lama, Pak Usman, humas Masjid mendatangi kami, karena beliau
tahu kami berasal dari luar kota. Beliau dengan semangat menjelaskan sejarah
tentang masjid yang sudah ada sejak 1604 Masehi, didirikan oleh Raja Luwu XVI.
Masjid dengan ukuran 15X15 meter yang terletak di kota
Palopo ini mempunyai beberapa ciri khas, yaitu : dinding masjid sangat tebal,
berukuran sekitar 0,94 meter, terbuat dari batu cadas yang direkatkan dengan
putih telur. Menurut Pak Usman, ciri khas masjid ini yaitu terdapat pasak antar
bata agar dinding tersebut kokoh, yang tidak terdapat di bangunan lain, karena
biasanya bata cukup direkatkan tanpa diberi pasak seperti di masjid ini.
Tiang dari kayu cinaduri |
Arsitektur masjid ini pun terdiri dari berbagai unsur. Ada
unsur Hindu, Budha, China, Jawa, bahkan sampai Vietnam juga, terlihat dari
berbagai macam, seperti beberapa ukiran yang mirip ukiran Vietnam, model pintu
yang mirip Cina, denah masjid yang berbentuk segi empat, dan juga konstruksi
atas masjid yang mirip joglo, seperti konstruksi Jawa, bahkan ada pula yang
mengatakan seperti konstruksi Bugis.
Terdapat 4 tiang yang menyangga masjid ini, dan di bagian
tengahnya terdapat 1 tiang besar
berdiameter sekitar 90 centimeter, dari kayu cinaduri.
Konon, asal mula Kota Palopo sendiri dari masjid ini, yaitu dari
bahasa Bugis dan Luwu. Pertama, artinya adalah memasukkan pasak ke dalam tiang
bangunan, Dan arti ke dua adalah makanan yang berasal dari ketan, dicampur gula
merah. Menurut Pak Usman, pada saat pembangunan masjid ini secara bergotong
royong, masyarakat memakan ketan dicampur gula merah (disebut Palopo) waktu
itu, sampai akhirnya kota ini disebut dengan kota Palopo.
Dinding dengan ketebalan 94 cm |
Sampai saat ini, masjid Palopo ini sudah mengalami beberapa
kali renovasi. Pertama, perbaikan lantai di tahun 1700 Masehi, lalu di tahun 1951
mengganti lantai yang lama dengan tegel baru yang berasal dari Singapura. Tahun
1981 merenovasi seluruh bagian masjid yang rusak. Renovasi selanjutnya adalah
menambah luas bangunan masjid, dan sampai sekarang luas lahan masjid ini 1680
meter persegi.
Ukiran di mimbar |
Setelah mengetahui kalau kami berasal dri Jogja, Pak Usman
bercerita kalau temannya baru saja dari Jogja, dan mengatakan bahwa masjid
tersebut bentuknya mirip dengan salah satu masjid di Jogja, namun beliau tidak
tahu masjid apa. Sayapun berpikir sejenak. Lalu sedikit teringat, mungkin saja
mirip dengan masjid Soko Tunggal, karena bentuk atap dan juga soko nya mirip,
yaitu terdapat soko yang menyangga masjid berukuran besar, yang terletak di
tengah-tengah masjid.
Berfoto bersama Bapak Usman, humas masjid Palopo |
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.