Kamis, 25 Februari 2016

Masjid Tua Palopo

Masjid Tua Palopo - Secara tidak sengaja, dalam artian sama sekali tidak ada niatan untuk melihat masjid ini sebenarnya. Saat saya akan berlibur ke Toraja, dari tempat kami di Luwu. Setelah makan pagi di Palopo, dan melanjutkan perjalanan, kami melintasi masjid Palopo ini. Saat itu pula, kita sepakat berhenti dan mampir sejenak untuk melihat Masjid Tertua di Palopo ini.
adheb's collection
Masjid Palopo
Setelah meminta ijin untuk melihat masuk k dalam masjid, langsung saja kami mengelilingi setiap bagian masjid bercorak China-Vietnam ini. Tak berapa lama, Pak Usman, humas Masjid mendatangi kami, karena beliau tahu kami berasal dari luar kota. Beliau dengan semangat menjelaskan sejarah tentang masjid yang sudah ada sejak 1604 Masehi, didirikan oleh Raja Luwu XVI.
Masjid dengan ukuran 15X15 meter yang terletak di kota Palopo ini mempunyai beberapa ciri khas, yaitu : dinding masjid sangat tebal, berukuran sekitar 0,94 meter, terbuat dari batu cadas yang direkatkan dengan putih telur. Menurut Pak Usman, ciri khas masjid ini yaitu terdapat pasak antar bata agar dinding tersebut kokoh, yang tidak terdapat di bangunan lain, karena biasanya bata cukup direkatkan tanpa diberi pasak seperti di masjid ini.
adheb's collection
Tiang dari kayu cinaduri
Arsitektur masjid ini pun terdiri dari berbagai unsur. Ada unsur Hindu, Budha, China, Jawa, bahkan sampai Vietnam juga, terlihat dari berbagai macam, seperti beberapa ukiran yang mirip ukiran Vietnam, model pintu yang mirip Cina, denah masjid yang berbentuk segi empat, dan juga konstruksi atas masjid yang mirip joglo, seperti konstruksi Jawa, bahkan ada pula yang mengatakan seperti konstruksi Bugis.
Terdapat 4 tiang yang menyangga masjid ini, dan di bagian tengahnya terdapat 1 tiang besar  berdiameter sekitar 90 centimeter, dari kayu cinaduri.
Konon, asal mula Kota Palopo sendiri dari masjid ini, yaitu dari bahasa Bugis dan Luwu. Pertama, artinya adalah memasukkan pasak ke dalam tiang bangunan, Dan arti ke dua adalah makanan yang berasal dari ketan, dicampur gula merah. Menurut Pak Usman, pada saat pembangunan masjid ini secara bergotong royong, masyarakat memakan ketan dicampur gula merah (disebut Palopo) waktu itu, sampai akhirnya kota ini disebut dengan kota Palopo.
adheb's collection
Dinding dengan ketebalan 94 cm
Sampai saat ini, masjid Palopo ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Pertama, perbaikan lantai di tahun 1700 Masehi, lalu di tahun 1951 mengganti lantai yang lama dengan tegel baru yang berasal dari Singapura. Tahun 1981 merenovasi seluruh bagian masjid yang rusak. Renovasi selanjutnya adalah menambah luas bangunan masjid, dan sampai sekarang luas lahan masjid ini 1680 meter persegi.
adheb's collection
Ukiran di mimbar
Setelah mengetahui kalau kami berasal dri Jogja, Pak Usman bercerita kalau temannya baru saja dari Jogja, dan mengatakan bahwa masjid tersebut bentuknya mirip dengan salah satu masjid di Jogja, namun beliau tidak tahu masjid apa. Sayapun berpikir sejenak. Lalu sedikit teringat, mungkin saja mirip dengan masjid Soko Tunggal, karena bentuk atap dan juga soko nya mirip, yaitu terdapat soko yang menyangga masjid berukuran besar, yang terletak di tengah-tengah masjid.
adheb's collection
Berfoto bersama Bapak Usman, humas masjid Palopo


Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.