Selasa, 12 April 2016

Mengenal Ambon

Mengenal Ambon - Akhirnya, kesampaian juga, main ke Ambon, setelah beberapa kali hanya sempat singgah saja di Bandara Pattimura, untuk melanjutkan perjalanan ke daerah timur. Kini saya benar benar turun di Bandara Pattimura, dan melanjutkan perjalanan ke kota Ambon.
adheb's Foto
Bnadara Pattimura Ambon
Walaupun sebenarnya untuk menuju ke Kota Ambon, bisa dilalui hanya setengah jam saja melewati jembatan Merah Putih yang 2 minggu lalu baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi, namun saya memilih untuk memutari teluk dalam dan melakukan perjalanan selama 1 jam, karena  saya ingin melihat secara lebih luas, seperti apa kehidupan masyarakat di sini.
Selain itu, sbenarnya saya ingin melihat seberapa jauh jarak antara Passo dengan Tulehu. Maklum, setelah melihat film Chiko Jerrico beberapa bulan lalu, saya jadi ingin sekali untuk main ke daerah Ambon ini, daerah yang sama sekali belum pernah saya datangi.
Sangat mudah, untuk menuju ke pusat kota Ambon dari Bandara Pattimura. Kalian bisa menggunakan taksi, ojek, bus Damri, atau angkutan umum. Hampir semua perjalanan yang kita lalui, melewati tepian pantai, dan kita bisa melihat pantai secara luas, dengan jalan yang berkelok-kelok.
Sore hari, saya baru menyempatkan diri untuk berjalan-jalan keliling kota, agar tidak terlalu panas. Saya memilih berjalan kaki keliling kota (padahal gak punya uang buat naik taksi) walaupun di sini banyak sekali angkutan yang bertebaran mencari penumpang. Ada warna merah,biru,atau hijau. Kaya warna pelangi. Sekilas, mirip seperti di Bogor, kota seribu angkot. Jika kalian akan keliling kota, biasanya angkutannya berwarna hijau muda (orang sini menyebutnya warna kuning, karena ada juga angkutan warna hijau tua, yang biasa disebut dengan warna hijau), dan tinggal lihat nomor urut angkot di bagian depan, disitu sebagai petunjuk trayek angkutan tersebut, yang terpampang kecil di samping dan di atas mobil.
adheb's Foto
Jembatan Merah Putih, Jembatan Terpanjang di Indonesia Timur
Di tempat tempat tertentu, seperti arah ke terminal, pasar, hampir setiap saat jalanan akan macet oleh mobil, khususnya angkutan. Saat saya berjalan kaki, di beberapa tempat, jalan atau trotoar di sini benar benar dimanfaatkan oleh warga, karena letaknya memang strategis dan sangat sesuai sebagai trotoar, dengan lebar yag cukup, dan letaknya yang cukup tinggi di atas aspal, seperti trotoar di terminal, sehingga tidak ada motor yang masuk ke trotoar itu. Namun ada juga jalan yang sama sekali tidak ada pedestrianya, bahkan sangat banyak. Kadang, bahu jalan penuh oleh parkiran motor. Seringkali para pedestrian kesusahan saat akan menyeberang jalan, kena padatnya kendaraan yag berlalu lalang, dan juga para pengendara di sini yang kurang begitu menghargai pedestrian.
Taman kota di Lapangan Merdeka dan di seputaran kantor gubernur cukup bagus, dengan perawatan dan berbagai hiasan, membuat warga senang untuk menghabiskan sore di sini, baik untuk olahraga, berkegiatan, ataupun sekedar nongkrong menikmati suasana kota di bawah pohon yang rindang. Apalagi di malam hari, dengan berbagai lampu yang menghiasi, menambah semaraknya kota ini.

Secara umum, masyarakat di sini baik baik. Misalnya saat saya menanyakan suatu tempat, atau cara menuju ke tempat tersebut, mereka akan menjelaskannya dengan baik, dan dengan senang hati mereka megantar atau menunjukkan tranportasi pertama yang harus saya pakai. Begitu juga saat saya harus naik angkutan atau ojek, mereka tidak meminta tarif terlalu tinggi, walaupun mereka mengetahui kalau saya masih baru datang ke kota Ambon ini.

Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.