Mengenal Ambon - Akhirnya, kesampaian juga, main ke Ambon, setelah beberapa
kali hanya sempat singgah saja di Bandara Pattimura, untuk melanjutkan
perjalanan ke daerah timur. Kini saya benar benar turun di Bandara Pattimura,
dan melanjutkan perjalanan ke kota Ambon.
Bnadara Pattimura Ambon |
Walaupun sebenarnya untuk menuju ke Kota Ambon, bisa dilalui
hanya setengah jam saja melewati jembatan Merah Putih yang 2 minggu lalu baru
saja diresmikan oleh Presiden Jokowi, namun saya memilih untuk memutari teluk
dalam dan melakukan perjalanan selama 1 jam, karena saya ingin melihat secara lebih luas, seperti
apa kehidupan masyarakat di sini.
Selain itu, sbenarnya saya ingin melihat seberapa jauh jarak
antara Passo dengan Tulehu. Maklum, setelah melihat film Chiko Jerrico beberapa
bulan lalu, saya jadi ingin sekali untuk main ke daerah Ambon ini, daerah yang
sama sekali belum pernah saya datangi.
Sangat mudah, untuk menuju ke pusat kota Ambon dari Bandara
Pattimura. Kalian bisa menggunakan taksi, ojek, bus Damri, atau angkutan umum.
Hampir semua perjalanan yang kita lalui, melewati tepian pantai, dan kita bisa
melihat pantai secara luas, dengan jalan yang berkelok-kelok.
Sore hari, saya baru menyempatkan diri untuk berjalan-jalan
keliling kota, agar tidak terlalu panas. Saya memilih berjalan kaki keliling
kota (padahal gak punya uang buat naik taksi) walaupun di sini banyak sekali
angkutan yang bertebaran mencari penumpang. Ada warna merah,biru,atau hijau.
Kaya warna pelangi. Sekilas, mirip seperti di Bogor, kota seribu angkot. Jika
kalian akan keliling kota, biasanya angkutannya berwarna hijau muda (orang sini
menyebutnya warna kuning, karena ada juga angkutan warna hijau tua, yang biasa
disebut dengan warna hijau), dan tinggal lihat nomor urut angkot di bagian
depan, disitu sebagai petunjuk trayek angkutan tersebut, yang terpampang kecil
di samping dan di atas mobil.
Jembatan Merah Putih, Jembatan Terpanjang di Indonesia Timur |
Di tempat tempat tertentu, seperti arah ke terminal, pasar,
hampir setiap saat jalanan akan macet oleh mobil, khususnya angkutan. Saat saya
berjalan kaki, di beberapa tempat, jalan atau trotoar di sini benar benar
dimanfaatkan oleh warga, karena letaknya memang strategis dan sangat sesuai
sebagai trotoar, dengan lebar yag cukup, dan letaknya yang cukup tinggi di atas
aspal, seperti trotoar di terminal, sehingga tidak ada motor yang masuk ke
trotoar itu. Namun ada juga jalan yang sama sekali tidak ada pedestrianya,
bahkan sangat banyak. Kadang, bahu jalan penuh oleh parkiran motor. Seringkali
para pedestrian kesusahan saat akan menyeberang jalan, kena padatnya kendaraan
yag berlalu lalang, dan juga para pengendara di sini yang kurang begitu
menghargai pedestrian.
Taman kota di Lapangan Merdeka dan di seputaran kantor
gubernur cukup bagus, dengan perawatan dan berbagai hiasan, membuat warga
senang untuk menghabiskan sore di sini, baik untuk olahraga, berkegiatan,
ataupun sekedar nongkrong menikmati suasana kota di bawah pohon yang rindang.
Apalagi di malam hari, dengan berbagai lampu yang menghiasi, menambah
semaraknya kota ini.
Secara umum, masyarakat di sini baik baik. Misalnya saat saya
menanyakan suatu tempat, atau cara menuju ke tempat tersebut, mereka akan
menjelaskannya dengan baik, dan dengan senang hati mereka megantar atau
menunjukkan tranportasi pertama yang harus saya pakai. Begitu juga saat saya
harus naik angkutan atau ojek, mereka tidak meminta tarif terlalu tinggi,
walaupun mereka mengetahui kalau saya masih baru datang ke kota Ambon ini.
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.