Siapa sih yang gak kangen ama Gunung Merbabu? Di wilayah Jawa Tengah Merbabu menjadi salah satu gunung incaran para pendaki yang hobi menikmati alam di atas ketinggian. Tentunya, ada beberapa kelebihan yang membuat gunung ini menjadi dambaan para pendaki seperti adanya stok air melimpah di pos 2 Merbabu via Wekas, indahnya panorama landscape geger sapi di Merbabu via Suwanting, atau hamparan Padang Sabana yang menjadi tujuan para pendaki ketika kita naik lewat jalur Selo. Yang terakhir ini menjadi jalur terfavorit dan selalu membludak di tiap weekend sebelum akhirnya tutup di tahun 2019 lalu.
Meski sempat buka selama sebulan di awal pandemi, pengelola memutuskan untuk menutup kembali jalur Selo cukup lama. Beberapa kali terdengan isu bahwa jalur ini akan buka meski sampai sekarang belum ada kejelasan. Meski jalur Selo sementara waktu masih tutup, pertengahan Juni ini beberapa jalur lain sudah mulai dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat setelah adanya kajian mendalam oleh pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu. Kabar ini tentu menjadi angin segar bagi para pendaki setelah menunggu sekian lama untuk merasakan keindahan alamnya yang cukup mempesona. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan diketahui, agar pendakian kalian berjalan lancar.Daftar online
Untuk melakukan pendakian Merbabu,
kalian harus mendaftarkan diri secara online di lamannya Taman Nasional Gunung
Merbabu. Setelah itu, kalian bisa pilih menu booking online dan pilih jalur pendakian
Selo, di situ terdapat informasi pendakian yang dibutuhkan. Jangan lupa cek
kuota terlebih dahulu untuk memastikan ketersediaan kuota pendakian sesuai hari
dan jumlah rombongan. Selanjutnya kalian bisa mendaftar dengan menyetujui segala
persyaratan yang ada, lalu mengsi formulir pendaftaran secara lengkap.
Terakhir, kalian akan mendapatkan bukti booking yang akan dikirimkan melalui
email yang didaftarkan. Jangan lupa simpan bukti tersebut karena akan digunakan
pada saat registrasi ulang sebelum pendakian.
Menurut informasi dari pengelola taman nasional, para pendaki tidak diperkenankan melakukan solo hiking, namun harus secara beregu dengan minimal 3 orang di setiap rombongan. Ini bertujuan agar ketua rombongan benar-benar menjaga timnya agar dan tidak bergantung pada rombongan lain ketika terjadi kecelakaan di salah satu anggotanya. Berkaca dari pengalaman di beberapa gunung berbeda terkait adanya laporan kecelakaan yang hanya menitip kepada rombongan lain, pengelola taman nasional ini ingin agar setiap rombongan pendaki sudah siap dan dapat memanejemen timnya secara mandiri. Pada masa pandemi ini, ini kuota pendakian masih dibatasi sekitar 30 persendari total kuota yang ada. Sama halnya dengan beberapa gunung lainnya, pembatasan kuota ini bertujuan untuk meminimalisir penyebaran virus corona meskipun sebagian besar orang sudah mulai melakukan vaksin.
Setelah melakukan pendaftaran secara online,
pendaki wajib melakukan registrasi ulang begitu tiba di beskem pendakian. Tunjukan
Bukti Booking ke petugas jalur pendakian untuk dilakukan Scan QR Code dan
validasi data. Registrasi ulang cukup
dilakukan oleh ketua rombongan, lalu melakukan pembayaran di loket bagian atas.
Ketua rombongan akan diberikan gelang RFID yang berfungsi untuk memonitor
pergerakan pendaki. Ketika rombongan sudah tiba di Sabana 1 misalnya, maka
gelang RFID akan menyala sehingga pergerakan ini dapat terdeteksi oleh petugas.
Gelang ini juga berguna bagi petugas untuk memonitor secara cepat ketika
terjadi suatu kecelakaan selama pendakian. Namun begitu turun pendaki harus
mengembalikan gelang tersebut agar tidak terkena denda.
Ketua rombongan diminta untuk
mengisi checklist peralatan semua anggota dan dicek satu per satu oleh petugas
sebelum kalian melakukan pendakian. Untuk itu, catat sedetail mungkin peralatan
yang kalian bawa dan jangan membawa peralatan yang dilarang seperti speaker,
tsu basah, dan lainnya. Jangan lupa bawa turun sampahmu, jangan ditinggal di
atas agar Merbabu tetap asri.
Saat ini para pendaki hanya
diperkenankan untuk melakukan pendakian maksimal 2 hari 1 malam di camp yang
telah disediakan dan kalian juga tidak diperkenankan untuk melakukan pendakian
lintas jalur. Untuk itu kalian harus naik dan turun melalui jalur yang sama. Bagi
yang ingin mendaki Merbabu ini kalian diwajibkan menyerahkan bukti rapid
antigen / genose terlebih dahulu (meski aturan ini masih banyak menuai
pro-kontra di antara para pendaki). Seperti aturan dalam perjalanan, masa
berlaku rapid hanya 1x24 jam. Untuk itu, persiapkan dengan baik pendakian
kalian agar segala urusan berjalan denga lancar.
Adanya HM (Hektometer) Penanda Jalur Pendakian
Pal HM merupakan sebuah penanda
bagi pendaki agar tidak tersesat. Tugu atau pal ini ditanam di sepanjang jalur
pendakian dengan jarak antar tugu sejauh 100 meter, dimulai dari titik start/
resort yang betuliskan HM-00 hingga puncak. Dengan adanya pal HM maka kalian
tidak perlu khawatir akan tersesat, tidak perlu bingung sudah sejauh mana jalur
yang sudah dilalui atau masih berapa jauh lagi pos selanjutnya. Cukup mengingat
penanda pal HM di setiap pos, maka kalian sudah bisa memperkirakan dengan
gampang berapa jauh lagi kalian harus berjalan menuju tujuan berikutnya. Pal HM
ini juga diberi scotlight agar menyala di malam hari ketika terkena sorot.
Dengan cat warna oren menyala, tugu ini dapat terlihat ketika terkena sinar di
malam hari. Jika kalian masih menemukan pal tersebut, berarti kalian sudah
berjalan sesuai trek yang ada.
Total ada sekitar 53 pal di jalur
Selo ini. Itu menunjukkan bahwa jarak tempuh pendakian dari titik start menuju
puncak sekitar 5600 meter. Namun, menurut pengelola sendiri pengukuran jarak
antar tugu menggunakan strava, sehingga mempunyai plus minus tersendiri apabila
dibandingan dengan pengukuran secara manual menggunakan rol ataupun pengukuran
menggunakan GPS hand.
Terdapat Perubahan Rute Pendakian
Di beberapa jalur terdapat
perubahan rute pendakian karena terkikisnya jalur pendakian. Kebakaran yang
melanda di tahun 2019 lalu membuat jalur menjadi gersang dan ketika hujan, air
langsung mengucur turun melalui jalur karena minimnya resapan. Yang paling
terlihat adalah rute dari pos 2 menuju pos 3 yang sebelumnya melewati jalur
tengah lalu menanjak terjal saat akan menjangkau pos 3, kini dibuat rute baru
di sebelah kiri. Di jalur baru ini, kita akan melewati lereng bukit namun lebih
landai bila dibandingkan dengan jalur sebelumnya. Melalui jalur baru ini kita
bisa melihat jalur lama yang legok akibat kebakaran, serta luasnya sabana di
jalur lama yang cukup indah.
Pemasangan CCTV di Sabana 1
Sabana 1 merupakan camp favorit
bagi para pendaki dengan lokasi yang cUkup nyaman, luas, serta keindahan
panorama pemandangan di sekitarnya. Di sini kita dapat melihat puncak Merbabu
di pagi hari termasuk indahnya Puncak Merapi dari arah sebaliknya. Terdapat
alat deteksi RFID serta kamera CCTV yang berada di atas menara kecil di
tengah-tengah lokasi tenda. Dengan kamera CCTV ini, patugas dapat memantau dengan
mudah pergerakan pendaki termasuk mendeteksi ketika terjadi kebakaran di
sekitar area camp. Jalur menuju puncak tidak begitu banyak perubahan dari
sebelumnya, dengan keindahan panorama yang masih tetap terjaga. Selesai
melakukan pendakian, petugas akan mengecek rombongan serta cek barang bawaan
kalian untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal maupun sebaliknya. Jangan
lupa bawa turun sampahmu.
Bagi kalian yang sudah kangen
dengan jalur ini, segera persiapkan persyaratan begitu buka, angkat carriermu
menuju hijaunya sabana, dan marilah mendaki dengan bijak…