Bait-Bait Suci Gunung Rinjani - Dimulai dari pengalamannya pada saat mendaki Gunung Rinjani, Fajar bersama temannya, Bambang, memulai pendakian melalui jalur Sembalun, dimana pada saat itu pendakian sedang ditutup. Suasana menjadi semakin mengenaskan manakala pendakian itu terasa sepi. Maklum, jika pendakian sedang ditutup, maka setiap orang dilarang untuk mendakinya.
Rinjani |
Namun, di pos Plawangan Sembalun mereka bertemu dengan Ria yang tomboi abis, bersama dengan teman-temannya yang kebetulan sedang mendaki lewat jalur Senaru. Tempat ini memang tempat camp para pendaki, karena merupakan pertemuan pendakian dari jalur Senaru dan Sembalun, sebelum menuju ke puncak tertinggi. Perkenalan itu berlanjut karena mereka nge-camp di tempat yang sama, baik di Plawangan Sembalun, maupun di Danau Segara Anak.
Pertemuan yang mengesankan ini akhirnya menjadi terngiang-ngiang hingga Fajar tiba di rumah. Namun, mereka tidak bisa saling kontak, karena nomor hp yang dicatat di handphone Bambang, ternyata hp nya malah hilang.
Hingga suatu ketika, Fajar akrab dengan Imel, teman kuliah adiknya yang curhat masalah jodoh, dan Fajar pun akhirnya menjali hubungan dengan Imel. Mereka tiap hari selalu rajin berkomunikasi menggunakan telfon.
Suatu ketika saat Fajar sedang di pondok, dia mendapatkan kabar setelah menelfon Imel, dan pembantunya mengabarkan bahwa Imel telah tiada. Begitu hancurnya perasaan Fajar, karena kekasih hati yang akan dijadikan seorang istri ini meninggalkan dunia karena kecelakaan yang tak bisa dihindarkan.
Untuk menghilangkan kegundahan, suatu saat ia jalan-jalan dengan temannya ke air terjun di dekat pondok. Tanpa sengaja, ia bertemu kembali dengan Ria yang sedang melakukan penelusuran gua di dekat air terjun. Singkat cerita, Fajar kembali bertemu dengan Anis, teman Ria pada saat dia menjadi panitia sebuah acara di rumah neneknya. Anis mengajak Fajar untuk kembali mendaki Rinjani, untuk napak tilas almarhumah Ria, yang sudah meninggal.
Alangkah terkejutnya, sampai di Sembalun, ternyata suatu yang tak terduga terjadi. Perjalanan tersebut bukan untuk napak tilas, melainkan Fajar diminta untuk menikahi Ria, sang gadis tomboy yang pernah memasuki relung hati Fajar saat itu. Ria sekarang ingin berubah menjadi wanita yang baik, dan kembali ke jalan yang benar, sepeninggalan ibunya. Akad nikah ini telah dipersiapkan oleh Anis selama sebulan. Akhirnya, mereka melakukan akad nikah di lereng Rinjani, dan Ria menepati janjinya untuk mengajak Fajar mendaki puncak ini berdua.
Novel ini sangat mengesankan dan sangat bermnfaat apalagi bagi teman-teman yang suka berpetualang mendaki gunung. Bagi anda yang ingin melakukan pendakian ke Rinjani, novel ini cukup menggambarkan keadaan di sana, sehigga menjadi buku yang sangat direferensikan untuk dibaca sebelum melakukan pendakian. Selain itu, novel ini juga mengajak kita semua untuk memperhtikan nasib daripada anak-anak jalanan, bukan untuk mencaci mereka.
Namun, menurut saya ada beberapa yang perlu untuk diperbaiki, jika novel ini dicetak ulang. Misalnya saja, pada saat pendakian dari Base Camp Sembalun menuju ke Plawangan Sembalun, dalam novel ini ceritanya sangat singkat. Padahal, sangat banyak tempat-tempat yang menarik selama perjalanan pendakian dari start hingga Plawangan, sehingga pemahaman mereka yang berkeinginan melakukan pendakian semakin berkurang. Selain itu, ada beberapa kata asing tentang petualangan yang salah penulisannya, walaupun sudah dicetak miring.
Terakhir, yang menurut saya cukup fatal adalah cerita pendakian Gunung Rinjani yang pertama, dimana ia mendaki pada saat jalur pendakian sedang ditutup. Walaupun tidak terlalu beresiko, namun pendakian ini dianggap ilegal, dan sangat-sangat tidak mendidik bagi para petualang.
Di luar itu semua, novel ini bagi saya sangatlah berkesan, apalagi saya baru membacanya setelah melakukan perjalanan pendakian Rinjani ini, sehingga saya cukup memahami alur pendakian, antara yang diceritakan di dalam novel dengan yang sebenarnya. Semoga teman-teman membaca novel dari seorang santri yang juga aktif mengurusi anak jalanan ini. Poko’e, 2 jempol buat Mas Khaerul Shidiq, dan semoga novel-novel berikutnya segera diterbitkan agar bisa menyaingi novel Habiburrahman, amin…
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.