Trip Rinjani (part2) - Pulang dari Kalimantan, langsung ada temen yang nge whatsapp, posisi? Seperti biasa, jika dia tanya keberadaanku pasti kalimatnya gak jauh-jauh beda, seperti itu. Ya, memang aku banyak dikenal sebagai seorang yang nomadden Kadang tinggal di Jogja, kadang di rumah, dan paling sering pindah-pindah tempat di kota lain, karena tuntutan hidup. Langsung saja kubalas, "Gi di Jogja bro". Langsung balasan selanjutnya, aku diajak untuk mendaki ke Rinjani, gunung yang cukup favorit bagi kalangan pendaki, karena Danau Segara Anakan-nya yang terkenal cantik nan indah. Dia sudah lama mengajakku, bahkan sebelum aku berangkat ke Kalimantan, bulan lalu.
|
Pemandangan Rinjani dari Plawangan Sembalun |
Dia dan temannya, memang sudah lama ingin mendaki ke gunung ini, gak tau kenapa, tapi itulah keinginan mereka sejak lama. Bahkan, keinginan sebelummnya dicancel mereka, lantaran aku gak bisa menemani mereka. Waktu itu aku masih ada urusan di Kalimantan, hingga akhirnya sampailah di hari ini, kami berangkat ke Rinjani. Temenku ingin aku ikut, karena aku sudah pernah ke tempat itu 3 tahun yang lalu, sehingga dia merasa aman jika ada personil yang sudah pernah mengunjungi tempat itu sebelumnya.
Aku putuskan untuk berangkat, walaupun harus rela meninggalkan kesempatan yang cukup dinantikan banyak orang yang baru lulus. CPNS. Ya, sungguh berat memang, melepaskan kesempatan yang satu ini. Di satu sisi, pasti yang namanya orang mencari pekerjaan ingin sesuatu yang terjamin, mapan, tetapi aku juga masih mengejar cita-citaku, walau itu sangat-sangat tidak pasti. Yang paling penting, adalah usaha kita, karena aku yakin, dan aku sangat legowo, jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, pasti ada suatu hikmah yang akan kita terima. masalah berhasil atau tidaknya, itu sudah urusan lain.
Seperti dulu, pendakian keduaku ini "ngeteng" yaitu perjalanan yang lanjut-berlanjut, karena mengingat budget kita yang terbatas, dalam bahasa kerennya, backpacker-an gitu. Dari jogja, pagi-pagi sudah harus cabut ke stasiun, naik Sri Tanjung. Satu-satu nya kereta ekonomi jarak jauh jurusan Banyuwangi. Malam hari, kami menginap dulu di Banyuwangi, sambil menjemput teman yang akan ikut kami, 2 orang dari sini.
Sebenarnya, kami mau langsung berangkat malam ini juga, namun karena teman kami masih ada kerjaan yang belum beres, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat besok siang. Malam ini, kami mempersiapkan kebutuhan dahulu, dan tidur agar besok pagi fresh.
Hari berikutnya, kami bersiap diri untuk perjalanan ke lombok. Dengan diantar mobil bak terbuka, kami berangkat berlima menuju ke Pelabuhan Ketapang. Tidak terlalu lama, 15 menit saja kami sudah tiba di Ketapang. Disana, sudah ada kawan yang menunggu, karena dia memang bekerja di kantor kapal. Kami langsung diantar menuju ke kapal, dan setelah itu dia kembali ke kantor di Ketapang, karena ada rapat. Lumayan, dapat tumpangan gratisan dengan kelas VIP.
Di dalem sudah ada kantin, dan ruangan ber-aAC namun kami memilih duduk di luar sambil menikmati pemandangan selat Bali ini, ditemani kopi yang dibeli, lebih tepatnya gratisan lagi, karena tidak mau dibayar. Gelombang waktu itu tergolong besar, menemani kami perjalanan sekitar sejam.
Tiba di Gilimanuk sekitar pukul 2 siang, kami langsung keluar mencari angkutan arah Ubung. Lalu dari ubung lanjut ke Padangbai .Jika malam hari, sebenarnya kalian bisa langsung cari angkutan yang menuju ke arah Padangbai. Di Padangbai, melanjutkan penyeberangan menuju ke Lembar. Biaya penyeberangan saat ini 40 ribu. Dari Lembar, kami menuju ke Mataram terlebih dahulu.
Biaya standar biasanya 15 ribu, namun karena masih terlalu dini hari dan ada salah sorang yang ingin cepat sampai ke Mataram, akhirnya kami menyewa mobil, dengan harga 25 ribu per orang. Di Mataram, tujuan kami adalah terminal Mandalika Bertais. Terminal Mandalika ini terletak di Bertais, sehingga kadang orang menyebutnya terminal Mandalika atau terminal Bertais.
Tujuan kami langsung ke barat terminal, tempat orang ngedrop sayuran, karena mereka hampir semuanya berasal dari Sembalun. Kami mencari salah satu tumpangan untuk menuju ke Sembalun, dan akhirnya dapat juga. Setelah tawar menawar, jadilah biaya per orang 30 ribu sampai ke beskem sembalun. Namun, kami menunggu dulu mereka mengantar sayuran ke penjual-penjual sayuran di sekitar area pasar sini. Mereka setiap hari mengedrop sayuran ke pedagang, sambil mengambil uang hari kemarin, jadi, bisa dibilang sistimnya adalah menitipkan sayuran ke para pedagang.
Sebenarnya, biaya ke Sembalun memang sekitar segitu. Jika naik angkutan, dari Mataram kita ke Aikmal, 15 ribu, dan dari Aikmal kita lanjut ke Sembalun sekitar 15 sampai 20 ribu. Dahulu, angkutan dari Aikmal menuju ke Sembalun cukup banyak, namun sekarang hanya tinggal beberapa biji saja. Jika sudah melewati hutan-hutan, maka kita akan menjumpai banyak kera di pinggir pinggir jalan. Mereka biasanya meminta makanan jika ada orang yang lewat.
Tiba di sembalun, kita langsung ke beskem untuk registrasi, istirahat dan sholat sebentar, dilanjutkan naik ke atas. Jika ingin menyewa porter, maka biayanya 125 ribu. Namun, biasanya porter di sini maunya minimal 2 malam. bisa saja hanya semalam, namun harganya tergantung nego. Biasanya, porter tidak mau kalau diminta untuk jalan malam hari. Rencana awal kita menginap di pos 2, namun karena masih sore, akhirnya kita hanya mengambil air saja di pos 2, dan lanjut menginap tepat di atas sebelum pos 3.
Esok pagi, kita melanjutkan perjalanan ke Plawangan Sembalun. Perjalanan kali ini juga cukup panas, karena kita melakukan perjalanan di siang hari. sekitar pukul 2 siang, kita sudah tiba di Plawangan, langsung mendirikan tenda dan menikmati suasanya keindahan alam ini. Setiap hari, turis yang naik ke sini cukup banyak, bahkan orang lokal yang mendaki ke sini hanya sepertiga turis manca.
Malam hari, kita bersiap-siap untuk summit. Tepat pukul 2 dini hari, kita melakukan perjalanan ke puncak. Perjalanan ke puncak sangat dingin, karena angin cukup kencang. Bagi kalian yang ingin ke puncak, sebaiknya memakai sepatu dan pakaian hangat, agar tidak terlalu kedinginan. Perjalanan ke puncak ini didominasi oleh pasir berbatu, sehingga 3 tanjakan yang kita gerakkan, bisa saja merosot 1 tanjakan. seperti jika kita summit di Semeru.
Tiba di puncak sekitar pukul 6 pagi, istirahat dan foto-foto. Hal yang wajib silakukan, sebagai kenang-kenangan. Seperti kode etik yang selalu kupegang, dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar. Puas berfoto-doto, kami turun, kembali ke tenda. Karena teman-teman terlalu lelah, akhirnya kita istirahat dulu, dan baru melanjutkan perjalanan ke danau pukul 2 siang.
Perjalanan ke danau sekitar 4 jam, menuruni punggungan. perjalanan kami cukup santai, dan tiba di danau pukul 6 sore. Langsung mendirikan tenda, dan mandi di air hangat. Baru memasak untuk suplai gizi kami, sesuai semboyan, “Logika tanpa logistik naĆÆf”. Tak lupa mancing, karena sudah dipersiapkan saat kita berangkat. Pagi hari, kembali memancing, sampai siang, lalu kembali berendam di air hangat. Karena sedang musim kemarau, maka air terjun di dekat pemandian air hangat ini tidak mengalir, tidak seperti perjalanan pertama saya, yang bisa menikmati mandi di air terjun ini waktu itu.
Sebenarnya, jika ingin mandi di sini enaknya pagi atau sore hari, disaat udara dingin, kita bisa berlama-lama merendam tubuh di kolam, namun karena kami akan melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan diri sejenak untuk berendam lagi, sebelum meninggalkan danau ini. Pukul 2 siang, kami melanjutkan perjalanan ke Plawangan Senaru. Perjalanan ke Plawangan ini sekitar 4 jam, dan kalian bisa berfoto-foto, karena banyak spot-spot yang cantik di perjalanan ke Plawangan Senaru ini, dengan latar Gunung Anak Rinjani, Danau Segara Anakan, dan juga Puncak Rinjani. Pas sebelum matahari tenggelam kami tiba si Plawangan Senaru.
|
Memancing Sejenak di Danau Segara Anakan |
Pemandangan inilah yang paling bagus menurut saya, karena di sini, kita bisa berfoto, dengan latar belakang seperti tadi. Namun, pemandangan ini terlihat di pagi dan sore hari, karena biasanya siang hari tertutup kabut. Begitu juga dengan sunset di sini, menghadap kemanapun, pemandangan terlihat sangat indah, dengan berbagai bukit-bukit yang menghiasi pemandangan mata kita berhampar begitu luas.
Kami melanjutkan perjalanan malam, dan mendirikan tenda di pos 2. Sebenarnya, sebelum pos 2 ada keinginan untuk istirahat, tetapi akhirnya diurungkan dan lebih memilih untuk ngecamp di pos. malam ini, kami memasak ikan hasil pancingan tadi siang, lumayan menggoda, setelah perjalanan yang cukup melelahkan, hidangan kali ini sangat spesial. yang tadinya sesampai di pos ingin tidur, akhirnya ikutan makan, mengingat bau ikan goreng yang tak tahan untuk tidak mencicipinya. akhirnya, jam 12 malam kita baru istirahat.
Bangun pagi, saya langsung keluar dan mencari sumber air. Maklum, air kita tinggal stengah botol. Pasti tidak cukup untuk memasak dan bekal turun. Sekitar 100 meter dari tempat camp terdapat mata air, namun airnya tidak begitu bersih. Sayapun mengambilnya botol demi botol, dengan menggali pasir terlebih dahulu, agar keluar airnya. Setelah dirasa cukup, saya kembali naik dan memasak. Pagi ini masak terakhir kita, untuk itu kami menghabiskan logistik yang ada, sebelum turun ke beskem. selesai makan sekitar jam 9, kita lanjut turun. Dari pos 2 menuju ke pos ekstra, dan dari pos ekstra dilanjutkan ke pos 1. Istirahat sekitar 15 menit di pos 1, kami lanjut ke gerbang masuk Rinjani via Senaru.
Setelah sekitar sejam perjalanan, kami tiba, dan istirahat di sini untuk melepas lelah, sambil minum sebentar. Puas istirahat, kami melanjutkan lagi perjalanan ke beskem Senaru. Sampai di sana, langsung saja saya mencari angkutan ke jalur bis terdekat, sembari menunggu teman yang lain tiba.
Setelah mencari kesana-kemari, dan tidak dapat, akhirnya saya mengambil alternatif, yaitu mencari ojek. Jika beruntung, sebenarnya kita bisa dapat angkutan jika ada turis yang datang, lalu kita nego untuk mengantarkan ke tempat tujuan kita. Itu biasanya di pagi hari, karena kebanyakan turis datang ke sini di pagi hari dan langsung mendaki.
|
Plawangan Senaru |
Biaya ojek standar,25 ribu per orang sampai ke terminal Anyar. Dari terminal, lanjut perjalanan ke Lembar. Karna ingin cepat, akhirnya kita naik angkutan dengan tarif 225 ribu, sampai ke pelabuhan lembar. Padahal, tarif biasa tidak sampai segitu. Niat ingin cepat sampai, ternyata tiba di pelabuhan kami diminta lagi uang 30 ribu oleh supir, karena sebelum sampai di pelabuhan, kami dioper ke mobil trayek pelabuhan sini. Saya tidak aneh, karena sebelumnya pun saya juga mengalami hal yang sama.
Perjalanan Lembar-Padang Bai kali ini lebih cepat, dari yang biasanya 6 jam bahkan lebih, kali ini penyeberangannya hanya 3 jam saja, gak tau kenapa, karena lumayan lebih cepat dari waktu standarnya. Sampai di Padang Bai, kami istirahat, sambil menunggu truk di luar pelabuhan. Karena hari sudah malam, kami cukup kesulitan untuk menyetop truk menuju ke Ketapang. Akhirnya, kami istirahat, tidur sebentar sambil menunggu pagi. Sekitar jam 2 dini hari, ada orang datang, dan menawarkan tumpangan. Setelah nego- nego, akhirnya kami ikut angkutan sampai ke Ubung, dengan biaya 100 ribu.
Tiba di Ubung masih jam 4 pagi, dilanjut mencari angkutan ke terminal Gilimanuk. Biaya per orang 35 ribu. Namun, jika tidak melakukan penawaran terlebih dahulu, kalian akan diminta uang lebih, sekitar 35 sampai 40 ribu. Dari terminal Gilimanuk lanjut jalan menuju ke pelabuhan sekitar 100 meter, dan menyeberang menuju ke ketapang. Biaya penyeberangan 6.500 per orang. Dari ketapang kami singgah dulu di Banyuwangi. Di sana kami menginap semalam, dan jalan- jalan keliling Banyuwangi. Sebenarnya ingin lebih lama di Banyuwangi, namun karena masih ada urusan di Jogja, akhirnya saya pulang terlebih dahulu.
Tibalah saya sampai jogja kembali....