Kognitif Orang Papua - Pernahkah kalian mengetahui, apakah yang paling sulit dilakukan oleh orang Pegunungan Tengah, dari Wamena, Jayawijaya, Yahukimo, sampai daerah Puncak? Ya, sedikit jawaban yang saya tahu setelah keliling daerah itu, saya menyadari bahwa masalah umur dan masalah kognitif mereka agak kurang.
Bapa, kalau boleh tahu, Bapa punya umur berapakah sekarang? (Bapak tua yang sudah ubanan jenggotnya tersebut menjawab) Umur? Kalau saya umurnya 20 tahun. 20 tahun? Trus kalau anak bapa berapa pu umur? Dia pu umur 40 tahun..
![]() | |
Kognitif |
Aneh bukan? Itulah, saat saya tanya umur warga. Mungkin ini seperti gurauan. Tetapi, itulah yang terjadi saat saya tanya masalah umur kepada mereka. Kebanyakan mereka akan kebingungan jika ditanya masalah umur.
Bayangkan, rata-rata penduduk di sana belum memiliki KTP. Dari satu desa, mungkin yang mempunyai KTP tidak lebih dari 5 persen. Makanya, jangan heran kalian jika bertanya mengenai umur mereka, pasti banyak yang tidak tahu. Mereka akan menjawab 30, 40, atau 50 tahun. Angka yang genap, yang paling umum mereka katakan mengenai umur. Mungkin, jika ditanya mengenai umur anak mereka di bawah 5 tahun, mereka masih sedikit mengerti .
Bahkan, saya pernah menjumpai warga yang mempunyai KTP, ternyata yang tercantum hanyalah tahunnya saja, tanpa ada tanggal dan bulan lahir. Setelah saya tanyakan, ternyata tahun lahirnya tidak benar. Menurut dia umurnya lebih tua 10 tahun dari tahun lahir yang tertera di KTP tersebut. Itulah, jika kalian menanyakan umur mereka, kebanyakan akan sedikit tertawa dan hanya menjawab sesuai perkiraan mereka.
Mengenai masalah kognitif, mungkin untuk masalah pembagian, mereka rata-rata lancar. Jika ada suatu barang, dan akan dibagi kepada semua orang, mereka pasti akan mahir membaginya, bahkan bisa sampai rata, karena mereka akan membaginya dengan adil, dan jika masih sisa akan kembali dibagi memutar hingga semuanya dapat. Tetapi, jika kalian tanya hitungan, mereka pasti akan kebingungan, bahkan akan loading lama untuk menjawabnya.
Dari sekitar 200 orang di 4 distrik di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya, dan Mamberamo Tengah, hanya ada 1 orang saja yang dapat menjawab pertabyaan dengan tepat. Dari pengurangan yang saya tanyakan. Itupun harus menunggu lama untuk mendapatkan jawabannya. Padahal, pertanyaannya cukup sepele saja, 100-7, kemudian dikurangi 7, dan seterusnya hingga 7 kali. Orang jawa, mungkin hanya dalam menit saja menjawabnya. Tetapi, di Papua ini mereka sangat susah. Padahal tidak hanya orang SD. SMP SMA, Sarjana, Staf Desa, Staf Distrik, dan lainnya menjadi sampel dalam peretanyaan itu. Tetapi, tetap saja mereka kesusahan untuk menjawabnya.
Namun, jika diminta mengingat, sudah lumayan lah, rata-rata grid nya selevel di bawah orang Jawa pada umumnya...
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
Catatan
- Padat Karya Tunai Desa
- Tips Naik Pesawat di Masa Pandemi
- Wisuda di Masa Pandemi (unfogottable moment), Sebuah Wisuda yang Gak Disengaja
- Teknis Navigasi Darat (Bag 3) Mengenal Kompas
- Teknik Navigasi Darat
- Menikmati Suasana Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho
- Pendakian Gunung Kembang, Belajar Pentingnya Pendakian Edukatif
- Tuhan dalam Secangkir Kopi 'sebuah resensi'
- Pendakian Gunung Argopuro Via Baderan-Bremi
- Resensi Buku: Literatur Keislaman Generasi Millenial; Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi
- Mardigu W.P. "Jangan Pernah Berkata Saya Tidak Pernah Memperingatkan Anda"
- UGM VS UNY Kuat-Kuatan Berdiam Diri Terhadap Kemacetan Di Simpang Selokan
- Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, sebuah resensi buku M.Quraish Shihab
- “Ekspedisi 100 Hari di Puncak Gunung Merbabu” ngobrol-ngobrol langsung dengan mereka
- Refleksi 2016, Sudut Pandang Seorang Petualang
- Masjid Tua Palopo
- Cahaya Dari Timur - Beta Maluku
- Berkaca Pada JBR Kemarin, Mari Kita Tertibkan Konvoi Motor di Jogja ke Depan
- BPJS KESEHATAN : JANGAN HANYA POMOSI, PERBAIKI JUGA SISTEM DI DALAMNYA
- Berwisata ke Lahat dan Pagaralam
- Pertama Kali ke Sumatera Selatan
- Ambulance Yang Tersandera
- BSM (Bantuan Siswa Miskin)
- Singgah ke Kampung RKI (Rumah Kayu Indonesia)
- PULANG
Artikel
- Padat Karya Tunai Desa
- tips Persiapan Mendaki di Masa Pandemi
- Tips Naik Pesawat di Masa Pandemi
- Teknik Navigasi Darat (Bag 5) Menentukan Arah Tanpa Kompas dan Memperkirakan Cuaca
- Teknik Navigasi Darat (Bag 2) Mengenal Peta
- Teknik Navigasi Darat (Bag 4) Teknik Peta dan Kompas
- UGM VS UNY Kuat-Kuatan Berdiam Diri Terhadap Kemacetan Di Simpang Selokan
- “Ekspedisi 100 Hari di Puncak Gunung Merbabu” ngobrol-ngobrol langsung dengan mereka
- Saumlaki, Maluku Tenggara Barat
- Wisata ke Ambon
- Cahaya Dari Timur - Beta Maluku
- Berkaca Pada JBR Kemarin, Mari Kita Tertibkan Konvoi Motor di Jogja ke Depan
- BPJS KESEHATAN : JANGAN HANYA POMOSI, PERBAIKI JUGA SISTEM DI DALAMNYA
- Pertama Kali ke Sumatera Selatan
- Masyarakat Papua, Belum Begitu Membutuhkan Uang
- Di Timur Matahari, Wamena Yang Sebenarnya
- Ambulance Yang Tersandera
- BSM (Bantuan Siswa Miskin)
- Singgah ke Kampung RKI (Rumah Kayu Indonesia)
- PULANG
- Trip Rinjani (part2)
- Sepowerfull Apakah KPS (Kartu Perlindungan Sosial) itu ?
- Krakatau
- Angkringan Pak Panut
- Situs Budaya “Watu Dhukun” (Batu Purbakala)
adventure
- Pendakian Gunung Merbabu via Selo di Masa Pandemi
- tips Persiapan Mendaki di Masa Pandemi
- Teknik Navigasi Darat (Bag 5) Menentukan Arah Tanpa Kompas dan Memperkirakan Cuaca
- Teknik Navigasi Darat (Bag 2) Mengenal Peta
- Teknik Navigasi Darat (Bag 4) Teknik Peta dan Kompas
- Teknis Navigasi Darat (Bag 3) Mengenal Kompas
- Teknik Navigasi Darat
- Menikmati Suasana Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho
- Pendakian Gunung Kembang, Belajar Pentingnya Pendakian Edukatif
- Hidup Berdampingan, Berdamai Dengan OPM
- Pendakian Gunung Argopuro Via Baderan-Bremi
- “Ekspedisi 100 Hari di Puncak Gunung Merbabu” ngobrol-ngobrol langsung dengan mereka
- Refleksi 2016, Sudut Pandang Seorang Petualang
- Wisata ke Majalengka
- Saumlaki, Maluku Tenggara Barat
- Puncak Becici
- Wisata ke Belitung
- Jalan-Jalan ke Tanjung Puting
- Masyarakat Papua, Belum Begitu Membutuhkan Uang
- Kurullu, The Beauty of Wamena
- Singgah ke Kampung RKI (Rumah Kayu Indonesia)
- Trip Rinjani (part2)
- Krakatau
- Situs Budaya “Watu Dhukun” (Batu Purbakala)
- Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus, Manggarai Barat
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan pembaca berkomentar dengan santun untuk memberikan saran dan masukan kepada kami, terimakasih.